BAGAIMANA DARAH HAID TERJADI
https://www.facebook.com/aang.muttaqin, Oleh :ir aang zezen zainal muttaqin.SH.M.Ag,
Wanita makhluk ciptaan Allah, sesuai dengan fitrahnya, dan secara
sunnatullah disiapkan berpasangan dengan ciptaan Allah dari jenis
laki-laki. Allah menciptakan sedemikian rupa, sehingga kaum wanita sudah
ditakdirkan untuk mengandung dan melahirkan generasi penerus
selanjutnya. Bila sudah baligh, maka otomatis alat-alat khusus yang
sudah tercipta dariNya akan mengalami perubahan fungsi. Tiap bulan akan
mengeluarkan darah, sebagai tanda juga bahwa sang wanita tersebut secara
fisik sudah bisa hamil. Datangnya haid tiap bulan pun akan menghalangi
pula para wanita untuk beribadah kepadaNya, misalnya shalat, puasa, dan
lain-lain. Dan ini sudah menjadi ketentuan Allah yang harus ditaati.
Sebagaimana ‘Aisyah menjelaskan ketika ditanya Mua’dzah: “Mengapakah
wanita haidh mengqhada shaum dan tidak mengqadha shalat?” ‘Aisyah
menjelaskan.
كَانَ يُصِيْبُنَا ذَلِكَ مَعَ رَسُوْلِ الله فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَوْمِ وَ لاَ نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلاَةِ
Kami mengalami hal itu pada masa Rasulullah, maka kami diperintah untuk
mengqadha shaum dan tidak tidak diperintah mengqadha shalat. [Muttafaqun
alaih]
Sungguh luas dan besar ilmu Allah dalam penciptaan seorang wanita dengan
peralatan yang rumit di dalamnya, dan tidak ada seorang pun yang bisa
menandingiNya. Dan di berikut ini, kita akan melihat sekelumit tentang
terjadinya darah haid. Mudah-mudahan kita akan semakin bersyukur kepada
Allah atas karunia kepada hambaNya di bumi ini.
MENGENAL ALAT REPRODUKSI WANITA
Sebelum lebih jauh mengenal mekanisme normal darah haid, perlu kita
kenali alat-alat reproduksi wanita yang ada hubungannya dengan darah
haid tersebut. Ini menyangkut alat reproduksi wanita terutama bagian
dalam.
Urutan dari bawah ke atas:
1. Vagina (Saluran Kemaluan).
Organ ini merupakan penghubung antara pintu vagina ke dalam rahim
(uterus). Saluran ini tersusun dari otot-otot, dan di dalamnya berbentuk
lipatan-lipatan yang bisa melebar pada saat persalinan.
2. Uterus (Rahim).
Mirip dengan buah advokat atau buah peer. Uterus memang berbentuk
seperti buah tersebut, tetapi sedikit gepeng ke arah muka belakang.
Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Uterus ini terdiri
dari fundus uteri, yaitu bagian depan. Disini terdapat tempat masuknya
saluran penghubung (tuba fallopi) antara indung telur dan rahim, corpus
uteri (badan rahim) dan serviks uteri (bagian bawah berhubungan dengan
vagina).
Otot yang menyusunnya dari dalam rongga ke luar, yaitu endometrium di
corpus uteri dan endoserviks di serviks uteri, otot polos dan lapisan
luar (serosa). Endometrium ini terdiri dari kelenjar-kelenjar dan
jaringan yang banyak pembuluh darah dan arahnya berkelok-kelok.
Endometrium melapisi seluruh rongga uteri dan mempunyai arti penting
dalam siklus haid.
3. Tuba Fallopi.
Merupakan saluran penghubung antara indung telur (ovarium) ke dalam rahim.
4. Ovarium (Indung Telur).
Wanita pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri. Ovarium
kira-kira sebesar ibu jari tangan dengan panjang 4 cm dan tebal 1,5 cm.
Secara umum, di dalam ovarium terdapat folikel-folikel primordial
(primer) yang berfungsi sebagai perkembangan sel telur (ovum).
Diperkirakan pada wanita terdapat 100.000 folikel primer. Tiap bulan
rata-rata 1 buah folikel akan keluar dan kadang-kadang 2 folikel.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES KELUARNYA SEL TELUR DAN DARAH HAID
Keluarnya sel telur dari ovarium yang terdapat dalam folikel disebut
ovulasi. Banyak hal yang mempengaruhi terjadinya ovulasi dan keluarnya
darah haid, terutama hormon, baik yang dipengaruhi dari otak maupun di
dalam ovarium sendiri. Selain itu juga hormon-hormon lainnya dari
kelenjar gondok, ginjal dan sebagainya. Semuanya itu bekerja sama saling
timbal balik dan harmonis yang berpusat di otak, terutama bagian yang
disebut dengan hipotalamus, dengan mengeluarkan releasing faktor (RF)
untuk mempengaruhi bagian otak yang disebut hipofisis, yang selanjutnya
mempengaruhi pengeluaran hormon-hormon berikutnya. Diantaranya yang
terpenting adalah:
• FSH-RF (Follicle Stimulating Hormone – Releasing Factor).
• LH- RF (Luteinizing Hormone- Releasing Factor).
• PIF (Prolactine Inhibiting Factor, hormon ini berpengaruh pada kelenjar payudara).
• Estrogen dan progesteron yang berasal dari ovarium.
Selain faktor dari hormon tersebut, faktor-faktor luar juga bisa
mempengaruhi kondisi ovulasi dan menstruasi. Misalnya hal-hal yang
bersifat psikologik (kejiwaan) diri seseorang, adanya rangsangan cahaya,
bau-bauan, suhu dan lain-lainnya.
MEKANISME SIKLUS HAID
Pada tiap siklus haid, atas pengaruh RF di hipotalamus, hipofisis bagian
depan mengeluarkan hormon FSH untuk perkembangan folikel primer di
ovarium, yang akhirnya berkembang menjadi folikel sekunder (De Graaf).
Folikel ini menghasilkan hormon estrogen. Dan estrogen ini mempengaruhi
endometrium, sehingga endometrium tumbuh atau berproliferasi. Keadaan
ini disebut masa proliferasi
Selanjutnya, hormon estrogen mempunyai reaksi umpan balik sehingga
menekan produksi FSH, dan akhirnya hipofise bagian depan mengeluarkan
hormon yang ke dua, yakni LH. Dibawah pengaruh LH ini, folikel sekunder
menjadi lebih matang, pada akhirnya mendekati permukaan ovarium dan
kemudian terjadilah ovulasi (ovum atau sel telur dilepas dari ovarium).
Pada saat ovulasi, kadang-kadang terdapat perdarahan sedikit yang akan
merangsang perut bagian bawah dan menimbulkan rasa nyeri, yang biasa
disebut intermenstrual pain. Kadang pula diikuti sedikit perdarahan pada
vagina. Sisa folikel tadi akan membentuk badan yang disebut korpus
rubrum, juga akibat perdarahan korpus rubrum berwarna kemerahan.
Dibawah pengaruh hormon LH dan LTH (Luteotropic hormone), korpus rubrum
berubah menjadi badan kuning (korpus luteum). Korpus luteum ini
mempengaruhi progesteron yang akan mempengaruhi endometrium yang telah
tumbuh, sehingga menyebabkan kelenjarnya berkelok-kelok dan mengeluarkan
getah (bersekresi). Keadaan ini disebut masa sekresi. Bila tak ada
pembuahan, korpus luteum mengalami kemunduran (degenerasi) dan
mengakibatkan kadar estrogen serta progesteron menurun, sehingga
berpengaruh pada saluran pembuluh darah yang berkelok-kelok di
endometrium tadi. Aliran darah menyempit, dan pada akhirnya endometrium
menjadi jaringan yang mati (nekrotik). Sesudah itu, terjadilah
degenerasi serta perdarahan diikuti pelepasan endometrium. Peristiwa ini
disebut dengan haid atau menstruasi. Tetapi diingat, apabila terjadi
pembuahan (sperma dan ovum bertemu), maka korpus luteum tetap
dipertahankan.
Lamanya siklus haid yang normal, atau yang dianggap sebagai siklus haid
klasik adalah 28 hari ditambah atau dikurangi 2 sampai 3 hari. Siklus
ini dapat berbeda-beda pada wanita yang normal atau sehat. Jadi pada
tiap siklus dikenal tiga masa utama, sebagai berikut:
• Masa haid selama 2-8 hari. Pada waktu itu endometrium dilepas dan pengeluaran hormon-hormon dari ovarium paling rendah.
• Masa proliferasi, setelah masa haid, sampai hari ke 14. Pada waktu itu
endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke 12-14 dapat terjadi
pelepasan ovum dari ovarium yang disebut dengan ovulasi.
• Sesudah masa proliferasi, disebut masa sekresi. Pada saat ini korpus
rubrum menjadi korpus luteum yang mengeluarkan progesteron. Dibawah
pengaruh progesteron ini, kelenjar endometrium tumbuh berkelok-kelok dan
mulai mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak. Akhir masa
ini kondisi endometrium memang disiapkan untuk nidasi, yaitu
menempelnya hasil pembuahan dari ovarium melalui tuba fallopi menuju ke
endometrium, dan akhirnya berkembang menjadi kehamilan selanjutnya.
CARA MENILAI ADANYA OVULASI
Cara sederhana untuk menilai, apakah ada ovulasi bisa dinilai dari getah
serviks. Pada hari ke 9-15 siklus haid, getah serviks lebih cair dan
jernih. Bila diambil dari kanalis servikalis (saluran serviks) dengan
pinset getah tersebut tidak terputus-putus sampai sepanjang 10-20 cm.
Bila getah serviks dikeringkan di atas kaca obyek dan dilihat di bawah
mikroskop,maka akan tampak kristalisasi dalam bentuk daun pakis.
Cara yang lain yang mudah dikerjakan sendiri, yaitu dengan melihat suhu
basal wanita. Ukurlah suhu tubuh setiap bangun tidur sesudah haid
berakhir sampai mulainya haid berikutnya. Usaha ini dilakukan sewaktu
bangun pagi sebelum menjalankan kegiatan, makan atau minum. Thermometer
dimasukkan ke dalam dubur atau mulut di bawah lidah selama 5 menit.
Hasil pembacaannya dicatat pada kurva. Dapat dilihat bahwa suhu basal
pada saat menjelang ovulasi turun, kurang dari 24 jam sesudah ovulasi
suhu basal naik lagi sampai tingkat lebih tinggi daripada tingkat
sebelum ovulasi, dan tetap tinggi sampai akan terjadinya haid lagi.
Bentuk grafik suhu basal dengan demikian adalah bifasis dengan dataran
pertama lebih rendah daripada dataran kedua dengan saat ovulasi
diantaranya. Atau bisa dikatakan, pada fase proliferasi suhu pada
tingkat rendah, dan pada fase sekresi pada tingkat lebih tinggi. Suhu
paling rendah pada saat ovulasi dan naik kembali sesudah ovulasi, serta
menetap di sekitar 37 derajat Celcius. Selisih suhu sebelum ovulasi
dengan sesudahnya, paling sedikit 0,4 derajat Celcius. Kenaikan suhu
lebih dari 19 hari menunjukkan kemungkinan telah terjadi pembuahan.
Tetapi ingat, bahwa beberapa faktor dapat menyebabkan kenaikan suhu
basal badan tanpa terjadinya ovulasi, misalnya infeksi, kurang tidur
(istirahat), minum alkohol dan lain-lain.
MENENTUKAN USIA SUBUR
Masa subur yang juga disebut fase ovulasi adalah mulai 48 jam sebelum
ovulasi dan berakhir 24 setelah ovulasi. Sebelum dan sesudahnya, wanita
tersebut berada dalam masa tidak subur. Namun hal ini hanya prakiraan
saja, bukan penilaian pasti, dan biasa dengan siklus haid teratus serta
normal (28 hari ditambah dan dikurangi 2-3 hari).
• Tentukan tanggal keluarnya darah haid pertama.
• Dalam empat belas hari, diperkirakan ada ovulasi atau lebih tepat lagi
jika dibarengi dengan mengukur suhu basal kemudian ditambah atau
dikurangi 2-3 hari.
Sebagai contoh, darah haid keluar tanggal 5, maka diperkirakan ovulasi
pada tanggal 18. Jadi usia subur diperkirakan antara tanggal 15 sampai
21 (dengan rentang penambahan dan pengurangan 3 hari). Jadi, bagi
pasangan suami istri baru yang ingin cepat mendapat buah hati dengan
izin Allah, bisa meningkatkan frekuensi bersanggama pada saat usia subur
ini, tetapi tidaklah terlalu ketat, karena sperma bisa bertahan di
lendir serviks selama 8 hari.
Kadang sulit juga untuk menentukan secara tepat dari ovulasi. Ovulasi
umumnya terjadi 14 hari ditambah dan dikurang 2-3 hari sebelum hari
pertama haid yang akan datang. Dengan demikian, pada wanita dengan haid
yang tidak teratur saat terjadinya ovulasi sulit atau sama sekali tidak
dapat diperhitungkan. Selain itu ada kemungkinan bahwa wanita dengan
haid teratur, oleh salah satu sebab, misalnya karena sakit, ovulasi
tidak datang pada waktunya atau sudah datang sebelum saat semestinya.
Pada wanita dengan siklus haid tidak teratur, akan tetapi dengan variasi
yang tidak jauh berbeda, dapat ditetapkan masa subur dengan suatu
perhitungan. Dimana siklus haid terpendek dikurangi dengan 11 hari dan
siklus terpanjang dikurangi 18 hari atau diasumsikan pertengahan dari
siklus haid. Untuk dapat menggunakan cara ini, wanita yang bersangkutan
sekurang-kurangnya harus mempunyai catatan tentang lama siklus haidnya
selama 6 bulan, atau lebih baik jika wanita tersebut mempunyai catatan
tentang lama haid selama 1 tahun penuh. Misalkan siklus terpendek 21
hari, maka hari pertama subur hari ke 10 dan siklus terpanjang 35 hari,
maka hari terakhir subur adalah hari ke 17. Wallahua a’lam.
PENUTUP
Apa yang telah diterangkan di atas merupakan teori ilmiah yang
berdasarkan penelitian (sebagian terhadap hewan percobaan), sehingga
belum tentu secara mutlak bisa diterapkan pada manusia. Adakalanya
seorang wanita mandapatkan haid setiap bulannya, tetapi belum tentu sang
wanita tersebut berovulasi (mungkin sudah diciptakan Allah dalam
keadaan mandul), atau sebaliknya saat darah haid tidak keluar, boleh
jadi sang wanita tersebut tetap menghasilkan sel telur. Sehingga seorang
wanita yang belum mendapatkan karunia si buah hati, ataupun mereka yang
sudah mendapatkan momongan apalagi dalam jumlah banyak, tetaplah harus
bersyukur kepada Sang Pencipta, sembari diiringi dengan usaha yang tidak
melanggar syar’i dan tidak lupa berdo’a serta tawakal. Dan yang penting
tetap harus ikhlas menerima takdirNya. Semua akan dipertanggungjawabkan
kepada Sang Khaliq dalam rangka ibadah kepadaNya. (dr. Ira)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar