“PERSIAPAN MENUJU HARI ESOK (bag 2)”

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Assalaamu’alaikum Wr.Wb.
Kaji Diri kali ini menyambung pembahasan minggu sebelumnya yaitu “PERSIAPAN MENUJU HARI ESOK”.
Al-Hasyr:018
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS 59:18)
Allah memanggil orang-orang yang beriman untuk bertakwa kepada Allah dan
hendaknya memperhatikan/mawas diri agar mempersiapkan diri untuk menuju
hari akhirat yaitu dengan bertakwa. Apa saja yang kita perbuat selama
hidup, sungguh Allah Maha Mengetahui.
Az-Zumar:070
وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَا يَفْعَلُونَ
Dan
disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah
dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS
39:70)
Hari esok yang akan tiba yaitu akhirat namun sebelum hari akhir itu tiba
dan yang sudah pasti kita akan dihadapkan dengan kematian, karena
kematian ini datangnya bisa kapan saja dan dimana saja kita
berada.Banyak di dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa setiap yang berjiwa
pasti akan merasakan mati, yaitu :
Al-`Ankabuut:057
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (QS 29:57)
Al-Anbiyaa`:035
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya
kepada Kamilah kamu dikembalikan. (QS 21:35)
Ali-`Imraan:185
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ
فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan
dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS 3:185)
Kematian itu tidak mengenal usia, harta, pangkat, jabatan, kuat, lemah.
Apa bila kematian sudah menjemput tidak dapat ditawar-tawar lagi.
- Kematian akan mengejar siapapun walaupun kita bersembunyi ditempat yang super canggih sekalipun untuk menghindari kematian.
An-Nisaa`:078
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ
مُشَيَّدَةٍ وَإِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَقُولُوا هَذِهِ مِنْ عِنْدِ
اللَّهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَقُولُوا هَذِهِ مِنْ عِنْدِكَ قُلْ
كُلٌّ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ فَمَالِ هَؤُلَاءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُونَ
يَفْقَهُونَ حَدِيثًا
Di
mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu
di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh
kebaikan, mereka mengatakan : “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau
mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan : “Ini (datangnya) dari
sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah : “Semuanya (datang) dari sisi
Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak
memahami pembicaraan sedikitpun ? (QS 4:78)
- Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha menghindarkan resiko-resiko kematian.
Ali-`Imraan:154
ثُمَّ أَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ بَعْدِ الْغَمِّ أَمَنَةً نُعَاسًا يَغْشَى
طَائِفَةً مِنْكُمْ وَطَائِفَةٌ قَدْ أَهَمَّتْهُمْ أَنْفُسُهُمْ
يَظُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ يَقُولُونَ
هَلْ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ مِنْ شَيْءٍ قُلْ إِنَّ الْأَمْرَ كُلَّهُ
لِلَّهِ يُخْفُونَ فِي أَنْفُسِهِمْ مَا لَا يُبْدُونَ لَكَ يَقُولُونَ
لَوْ كَانَ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ مَا قُتِلْنَا هَاهُنَا قُلْ لَوْ
كُنْتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِينَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ
إِلَى مَضَاجِعِهِمْ وَلِيَبْتَلِيَ اللَّهُ مَا فِي صُدُورِكُمْ
وَلِيُمَحِّصَ مَا فِي قُلُوبِكُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ
Kemudian
setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan kepada kamu keamanan
(berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu, sedang
segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka
menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah.
Mereka berkata: “Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan)
dalam urusan ini?”. Katakanlah: “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di
tangan Allah”. Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak
mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: “Sekiranya ada bagi kita
barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak
akan dibunuh (dikalahkan) di sini”. Katakanlah: “Sekiranya kamu berada
di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati
terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah
(berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk
membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.
(QS 3:154)
- Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.
Al-Jumu`ah:008
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ
ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ
بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Katakanlah:
“Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya
kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada
(Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS 62:8)
- Kematian datang secara tiba-tiba.
Luqman:034
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ
وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ
غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ
خَبِيرٌ
Sesungguhnya
Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan
Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim.
Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi
mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. (QS 31:34)
- Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat
Al-Munaafiquun:011
وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Dan
Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila
telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu
kerjakan. (QS 63:11)
Berkenaan dengan QS 63:11 bahwa kematian itu telah ditentukan waktunya
oleh Allah dan Dia tidak akan menangguhkan kematian seseorang. Hal ini
berkaitan dengan fenomena yang terjadi bahwa masih banyak umat islam
melakukan cara-cara berdoa yang seharusnya dikaji kembali berdasarkan
Al-Qur’an yang sudah jelas hukumnya. Doa tersebut adalah “Memohon
Panjang Umur”.
Berikut saya coba tampilkan salah satu artikel tanya jawab mengenai
pemahaman tentang Panjang Umur, dan mudah-mudahan kita yang tergabung
dalam grup ini dapat mengambil intisarinya.
Assalamu’alaykum
Kita kan tau klo kematian seorang manusia itu tdk bisa diajukan ataupun ditunda, tapi kenapa masih ada doa panjang umur?
Jawab:
Wa’alaykum salam wr. Wb.
Kematian manusia memang rahasia Allah. Datang tanpa bisa ditolak
sesaatpun oleh siapapun dan oleh apapun, termasuk oleh doa. Ini adalah
perkara yang wajib diimani sepenuhnya oleh seorang muslim. Firman Allah:
”Tiap-tiap
umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka
tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula)
memajukannya.”(QS. Al-A’raf: 34).
Doa memang tidak bisa menolak kematian karena hal itu sudah menjadi
ketetapan Allah semenjak kita berada dalam rahim ibu. Nabi saw.
Bersabda:
“Sesungguhnya
salah seorang di antara kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam rahim
ibunya selama 40 hari kemudian menjadi ‘alaqah kemudian menjadi janin,
lalu Allah mengutus malaikat dan diperintahkannya dengan empat kata dan
dikatakan padanya: ‘Tulislah amalnya, rizkinya dan ajalnya’.” (HR Bukhari)
Meski demikian, berdoa adalah sebuah amal yang dianjurkan. Allah amat
senang mendengarkan doa hamba-hambaNya. Ia menyiapkan berbagai balasan
bagi orang yang berdoa. Sabda Nabi saw.:
“Tidaklah
seorang muslim berdoa dengan doa yang bukan terdapat di dalamnya dosa
dan memutuskan silaturim melainkan Allah memberi padanya satu dari tiga
perkara; segera dipenuhinya doa tersebut, atau disimpannya sebagai
pahala di akhirat, atau dihindarkanNya dari kecelakaan atau kejelekan
yang sebanding.”Para sahabat bertanya, “Bagaimana jika kami perbanyak?” Rasulullah saw. menjawab, “Allah akan memperbanyak lagi.” (HR Ahmad, Abu Ya’la dan Hakim).
Nah, artinya, memohon dipanjangkan umur tetaplah sebuah doa yang baik,
karena kita memang tidak tahu kapan hidup kita akan berakhir. Dan kita
memohon agar dengan panjangnya umur kita dibarengi dengan bertambahnya
segala kebaikan kita. Sebagaimana Nabi saw. mengajarkan kita sebuah doa
antara pilihan hidup dan mati: “Janganlah
seseorang itu menginginkan mati karena bala’ yang menimpanya, tetapi
kalau ia terpaksa menginginkan mati, hendaknya ia membaca; ‘Ya Allah
lanjutkanlah hidupku sekiranya hidup itu baik untukku, dan segera
wafatkan daku sekiranya kematian itu lebih baik bagiku’,” (HR Bukhari, Muslim).
Itulah salah satu artikel mengenai Pemahaman Panjang Umur, sebenarnya
masih banyak lagi artikel-artikel lainnya. Mengingat pada intinya adalah
sama maka saya rasa cukup hanya satu saja sebagai wacana dan
mudah-mudahan dapat menambah wawasan kita. Namun sayapun akan
menampilkan wacana bagi mereka yang tidak sependapat dengan artikel
sebelumnya, yaitu :
“Di kalangan masyarakat kita , termasuk juga kita (?) khasnya pada bulan
Sya’ban umpamanya ( Nisfu Sya’ban ) acapkali dibacakan Surah Yasin tiga
kali disertai doa , di antaranya adalah doa “ panjang umur ” yang
menjadi tumpuan harapan untuk hidup lama di dunia ini , meski tidak
pernah memikirkan akibatnya. Bahkan kepada anak-anak kita pun
dididik doa “panjang umur” tersebut sejak dari kecilnya lagi dan
selalunya menjadi pelengkap kegembiraan rumahtangga. Padahal tidak
sedikit orang yang diperdayakan doa yang seumpama itu, kerana betapa jua
usianya sudah lanjut, namun ia tetap bergantung pada doa tersebut untuk
masa depannya, dengan arti masih ingin memiliki hayat yang lebih
panjang lagi di dunia ini.
Lain halnya dengan Rasulullah saw., baginda berdoa yang bermaksud : “ Ya
Allah, aku berlindung kepadaMu dari bahaya malas dan usia sangat tua “.
(HR Baihaqi).
Umar bin Khattab berdoa : “ Ya Allah , telah lemah badanku ini dan telah
lanjut usiaku , sedangkan rakyat tambah berkembang, maka haraplah aku
ini dipanggil menghadapMu (mati) ”. Beberapa minggu kemudian sesudah
mengucapkan doa itu, Umar pun meninggal dunia.
Doa Umar bin Abdul Aziz , yang dikenali menolak doa umur panjang yang
dibacakan untuknya oleh orang ramai, dan dibalasnya dengan harapan : “
Kalau hendak mendoakannya kepada Allah, doakanlah agar aku mendapat
husnul-hal , yakni hari ini lebih baik dan bermanfaat daripada
kelmarin hendaknya dan begitu seterusnya “.
Wallahu A’lam.
Kembali kepada bahasan doa Panjang Umur, mungkin tidak disadari bahwa
doa tersebut adalah doa yang dilakukan oleh Iblis kepada Allah ketika
dia diusir dari Syurga, agar umurnya ditangguhkan. Apabila hal ini kita
lakukan, bukankah artinya kita sama dengan iblis?
Al-A`raaf:014
قَالَ أَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
Iblis menjawab: “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan”. (QS 7:14)
Al-Hijr:036
قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
Berkata iblis: “Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan, (QS 15:36)
Shaad:079
قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
Iblis berkata: “Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan”. (QS 38:79)
Bukankah doa ini juga mengajak kita kepada berbuat pemborosan? yang
sudah jelas sekali bahwa sifat boros itu adalah perbuatan syaitan. Sifat
boros ini bukan hanya dilihat dari makanan saja tapi dari segala aspek.
Al-Israa`:027
إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا
Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu
adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS 17:27)
Jika kita berpikir dengan akal sehat, kalaupun kita berdoa meminta
panjang umur dan doa kita terkabul, apakah dengan panjangnya umur kita
dapat memberikan kebahagiaan? apakah sudah pasti dengan panjangnya umur
kita dapat melakukan ‘amal sholeh? tentu harapannya seperti itu tapi
jika kenyataannya sebaliknya?
Kiranya perlu direnungi kembali, apakah dengan kondisi kita yang sudah
lemah dalam ber’amal sholeh kita dapat melakukan secara maksimal? Perlu
diperhatikan pula firman Allah sbb :
Fathir:011
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ جَعَلَكُمْ
أَزْوَاجًا وَمَا تَحْمِلُ مِنْ أُنْثَى وَلَا تَضَعُ إِلَّا بِعِلْمِهِ
وَمَا يُعَمَّرُ مِنْ مُعَمَّرٍ وَلَا يُنْقَصُ مِنْ عُمُرِهِ إِلَّا فِي
كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Dan
Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia
menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada
seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan
dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak
dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula
dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh
Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah. (QS
35:11)
Yassiin:068
وَمَنْ نُعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِي الْخَلْقِ أَفَلَا يَعْقِلُونَ
Dan
barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia
kepada kejadian(nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan? (QS 36:11)
Al-Baqarah:096
وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ النَّاسِ عَلَى حَيَاةٍ وَمِنَ الَّذِينَ
أَشْرَكُوا يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ
بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَنْ يُعَمَّرَ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا
يَعْمَلُونَ
Dan
sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada
kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik.
Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur
panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah
Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS 2:96)
Al-A`raaf:034
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
Tiap-tiap
umat mempunyai batas waktu ; maka apabila telah datang waktunya mereka
tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula)
memajukannya. (QS 7:34)
Al-Ahzab:036
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ
أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ
اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا
Dan
tidaklah patut bagi laki-laki yang mu`min dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mu`min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah
dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS 33:36)
Nuh:004
يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرْكُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى
إِنَّ أَجَلَ اللَّهِ إِذَا جَاءَ لَا يُؤَخَّرُ لَوْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
niscaya
Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai
kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila
telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui”. (QS 71:4)
An-Nahl:001
أَتَى أَمْرُ اللَّهِ فَلَا تَسْتَعْجِلُوهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
Telah
pasti datangnya ketetapan Allah maka janganlah kamu meminta agar
disegerakan (datang) nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang
mereka persekutukan. (QS 16:1)
Untuk itulah Rasul bersabda :
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ
صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ
شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkan
lima perkara sebelum lima perkara: [1] Waktu mudamu sebelum datang
waktu tuamu, [2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, [3] Masa
kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, [4] Masa luangmu sebelum datang
masa sibukmu, [5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al Hakim
dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalamAt
Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Hadits ini dikatakan shohih
oleh Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shogir)
Adapula hadits yang mengisyaratkan akan panjang umur yaitu mengenai silaturahmi.
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ
أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ
فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Barangsiapa
yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia
menyambungkan tali persaudaraan” (H.R. Bukhari-Muslim).
Dari hadits ini kiranya perlu kita teliti dan kita pahami secermat mungkin arti dari panjang umur tersebut.
Barangkali perlu disajikan artikel mengenai hadits tersebut, sbb:
Written on JANUARY 5, 2011 AT 7:57 AM by ADMIN
Makna Panjang Umur
Filed under TSAQOFAH{NO COMMENTS}
Oleh : Ryan Arief Rahman, Lc
Prolog
Allah swt memuliakan ummat terdahulu sebelum ummat ini dengan memberikan
umur yang panjang dan kekuatan untuk beribadah, ada di antara mereka
yang mencapai usia 1000 tahun bahkan ada yang lebih, ada yang belum
mencapai usia baligh (cukup umur) hingga usia 80 tahun, ada seorang yang
meninggal di usia sekitar 200-an tahun, maka serentak banyak makhluk
yang merasa simpati terhadapnya, karena ia telah meninggal dalam usia
yang muda. Juga diriwayatkan bahwa nabi Ibrahim berkhitan ketika usia
beliau mencapai 80 tahun, nabi Nuh ‘alaihissalam yang berusia lebih dari
1000 tahun, Luqman bin Ka’ab 400 tahun, ‘Abdul masih bin Baqlah
Al-Ghasani lebih dari 350 tahun, dan Ash-habul Kahfi yang hidup di dalam
gua selama 309 tahun.
Sedangkan usia ummat ini relative singkat jika dibandingkan dengan usia
ummat terdahulu di atas, hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadist
riwayat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda, “umur ummatku
berkisar antara 60 hingga 70 tahun, dan sangat sedikit di antara mereka
yang mencapai usia itu.” ( H.R. Turmudzi, Al Bani menshahihkannya dalam
shahih al jami’ no: 1073)
Namun demikian, sebagai ganti dari karunia yang luput dari ummat ini
-yaitu umur yang panjang- Allah memberikan karunia lain yaitu berupa
pahala yang berlipat ganda dan amalan yang dapat memperpanjang umur,
sehingga dengan karunia ini Allah menjadikan ummat Muhammad saw sebagai
penghuni jannah. Di antara amalan yang dapat memperpanjang umur dan
mengandung pahala yang berlipat adalah silaturrahim, akhlak yang
terpuji, berbuat baik kepada tetangga, sholat di masjid al haram dan
masjid nabawi, sholat berjama’ah di masjid, sholat sunnah di rumah,
sholat dhuhā, jihād fī sabīlillah dan yang lainnya.
Setelah kita merasa lega dengan karunia yang Allah limpahkan untuk ummat
ini sebagaimana dijelaskan diatas, namun hati kita sepontan tersentak
ketika kita memikirkan firman Allah “dan sekali kali tidak dipanjangkan
umur seseorang..” (Q.S. Fathir:11) Lantas, akhirnya kita bertanya tanya
dalam benak kita; bagaimana memadukan antara dua hal yang kontradiktif
di atas? Dan Bagaimanakah makna panjang umur menurut para ulama? Insya
Allah makalah ini akan menjelaskan dan menguraikannya…
Makna Panjang Umur Menurut Ulama
Disebutkan dalam hadits riwayat Anas Bin Malik bahwa Rasulullah saw
bersabda, “barang siapa yang menyukai dilapangkan rezekinya dan
dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung hubungan silaturrahim.”
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Para ulama berbeda pendapat dalam menjelaskan makna potongan kalimat
‘dipanjangkan umurnya’ yang disebutkan dalam hadits di atas. Dalam hal
ini akan penulis ketengahkan pendapat Imam An Nawawī, Syaikhul Islām Ibn
Taimiyah, dan Al Hāfidz Ibn Hajar.
Menurut Imam An Nawawī
Dalam buku shahīh muslim bi syarh an nawawī beliau berkata, “maksud umur
adalah ajal, karena ajal ialah suatu yang mengiringi kehidupan.
Sedangkan maksud dilapangkan rezekinya bermakna dilapangkan dan
diperbanyak rezekinya.” Lebih lanjut beliau menjelaskan pendapat ulama
tentang maksud dipanjangkan umurnya, bahwa yang dimaksud adalah pertama;
bertambahnya keberkahan umur yakni dengan dimudahkan dalam mengerjakan
ketaatan, menjadikan waktunya termanfaatkan dengan baik dan tidak
terbuang sia sia. Kedua; penundaan ajal yang dimaksud adalah penundaan
yang dinisbatkan kepada pengetahun malaikat dan apa yang tercatat dalam
lauh al mahfūdz. Ketiga; maksud ditunda ajalnya dalam hadits di atas
adalah seseorang akan selalu dikenang oleh orang-orang seolah-olah dia
tidak mengalami kematian. Ini adalah pendapat yang lemah.
Menurut Ibn Taimiyah
Dalam majmù fatāwā beliau berkata, maksud pemanjangan dan pengurangan
umur mengandung dua makna, pertama; bahwa seorang akan berumur panjang,
sedangkan seorang yang lain akan berumur pendek. Sehingga pengurangan
umur itu bermakna umurnya pendek jika dibandingkan dengan umur orang
yang lebih panjang. Kedua; berkurangnya umur juga bermakna berkurangnya
umur dari yang telah ditentukan Allah, sebagaimana umur juga bisa
bertambah dari umur yang telah ditentukan, pendapati ini berdasarkan
tekstual hadits di atas. Ada juga pendapat lain, bahwa maksud
dipanjangkan umur dalam hadist tersebut adalah bertambah dalam arti
keberkahan, yaitu bertambahnya amal serta manfaat. Lebih lanjut, beliau
menjelaskan bahwa Allah telah menentukan ajal setiap manusia dalam
lembaran catatan malaikat, jika seseorang menyambung silaturrahim maka
umur yang telah tercatat itu akan bertambah. Sebaliknya, jika ia beramal
amalan yang dapat mengurangi umurnya, maka berkurang pula umur yang
telah ditentukan.
Ibn Taimiyah mengukuhkan pendapatnya dengan hadits riwayat turmudzi
bahwa Nabi saw bersabda, “ ketika adam meminta kepada Allah untuk
menampakkan seorang nabi dari keturunannya, kemudian Allah tampakkan
untuknya sosok laki-laki yang bercahaya, Adam berkata, “ya Rabb, siapa
ini?” Allah menjawab, “dia anakmu, Dawud.” Adam bertanya,” berapa
umurnya?” Allah menjawab,”40 tahun.” Adam bertanya lagi, “berapa
umurku?” Allah menjawab,”1.000 tahun.” selanjutnya adampun berkata, “aku
berikan 60 tahun dari jatah umurku padanya.” Kemudian dicatatlah
ketentuan tersebut dan disaksikan oleh para malaikat. Ketika kematian
akan menjemput adam, ia pun berkata,”aku masih punya jatah umur 60
tahun.” Para malaikat berkata,”sisa umur itu telah engkau berikan kepada
anakmu, dawud.” Kemudian adam mengingkarinya sehingga malaikat
mengeluarkan catatan tersebut. Nabi saw bersabda, “adam lupa, maka lupa
pula anak keturunannya, dan adam membangkang, maka membangkang pula anak
keturunannya.” (H.R. Turmudzi dan Al Bani menshahihkannya dalam shahīh
al jāmì, no: 5209)
Menurut Ibn Hajar
Beliau berkata, “Ibn At Tīn mengutarakan bahwa secara tekstual, hadits
tersebut bertentangan dengan firman Allah “Tiap-tiap umat mempunyai
batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat
mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.)”
(al a’raf: 34) adapun jawaban untuk menggabungkan antara hadits dan ayat
tersebut ditinjau dari dua segi berikut ini: pertama; penambahan umur
ini sebagai arti kiasan dari keberkahan umur. Sebagai contoh, umur umat
Muhammad saw jika dibandingkan dengan umur ummat ummat sebelumnya sangat
pendek, sehingga Allah memberikan keutamaan malam lailatul qadar yang
setara dengan 83 tahun 4bulan melakukan ibadah dan ketaatan. Kedua;
penambahan umur secara hakiki (bertambahnya bilangan umur). Bertambahnya
umur yang dimaksud adalah dinisbatkan kepada pengetahuan dan catatan
malaikat. Adapun maksud surat al áraf: 34 adalah bahwa ajal tidak dapat
diundur dan dimajukan itu dinisbatkan pada pengetahuan Allah swt.
Misalnya, Allah menetapkan umur arief adalah 100 tahun jika menjalin
silaturrahim, dan 70 tahun jika tidak menjalin silaturrahim. Ketetapan
umur arief yang telah Allah tentukan ini tidak akan bisa dimajukan atau
dimundurkan. Sedangkan pengetahuan umur yang diketahui malaikat itulah
yang bisa bertambah dan berkurang. Hal ini dikuatkan dengan firman Allah
swt, ” Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa
yang Dia kehendaki), dan disisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh
Mahfūzh).” (QS. Ar Rád:39)
Jadi menurut Ibn Hajar, penghapusan dan penetapan hanya terjadi pada
pengetahuan malaikat. Sedangkan umur yang dalam pengetahuan Allah swt
tidak ada perubahan sedikitpun. Hal ini dalam terminologi aqīdah disebut
Al Qadhā Al Mubrām ( ketentuan Allah yang diputuskan), sedangkan
pengetahuan malaikat disebut dengan Al Qadhā Al Muállaq ( ketentuan yang
bersifat sementara).
Di antara ulama kontemporer yang pernah menulis pembahasan ini adalah
Syaikh Nashīruddin Al Bāni dan Syaikh Muhammad Al Utsaimin. Berikut ini
akan penulis paparkan pandangan dan argumentasi mereka secara ringkas
guna melengkapi kajian syarĭ dalam pembahasan ini.
Menurut Syaikh Nashiruddin Al Bānī
Dalam menjelaskan hadist tentang perpanjangan umur, beliau berkata,”
maksud hadits tersebut berdasarkan dzahirnya, Allah menentukan dalam
kebijaksanaanNya bahwa menjalin silaturrahim menjadi sebab syarì untuk
dapat memperpanjang umur. Hal ini tidak bertentangan dengan ketentuan
ajal yang telah ditentukan Allah. Karena silaturrahim yang menjadi sebab
bertambahnya umur itu serupa dengan ketaatan yang dapat menambah
kualitas iman. Perubahan tersebut tidak menyelesihi apa yang telah
tercatat dalam lauh al mahfūzh, umur bisa bertambah dan berkurang
sebagaimana iman tergantung pada sebab yang melatarbelakanginya.
Menurut Syaikh Muhammad Al Utsaimin
Dalam menjelaskan hadist tersebut, beliau berkata, hadits itu tidak
menjelaskan bahwa manusia mempunyai dua umur; umur jika menyambung
silaturrahim dan umur jika memutus silaturahim. Tetapi umur manusia
hanya satu, yaitu umur yang telah Allah tentukan. Manusia yang telah
Allah tentukan dapat menjalin silaturrahim niscaya manusia itu mampu
melakukannya, sedangkan orang yang telah Allah tentukan memutus
silaturrahim niscaya ia akan memutuskannya. Rasulullah ingin
menganjurkan ummatnya mengerjakan amal baik, sebagaimana kita mengatakan
kepada seseorang ‘siapa yang ingin mempunyai anak hendaklah ia
menikah.’ Pernikahan itu sendiri telah ditentukan Allah, begitu pula
anak. Jika Allah menghendaki kita mempunyai anak, maka Allah menghendaki
agar kita menikah, meskipun sebenarnya pernikahan dan mempunyai anak
adalah dua hal yang telah ditentukan Allah. Hanya Allah sajalah yang
telah menentukan kita mampu menjalin silaturrahim dan hanya Dia-lah yang
mengetahui batas usia kita.
Closing Speech
Dari pendapat dan argumentasi para ulama di atas, maka kita bisa
memahami bahwa makna perpanjangan umur dalam hadist tersebut berkisar
antara tiga makna yaitu: Pertama; keberkahan umur, Kedua; perpanjangan
umur secara hakiki, Ketiga; kepemilikan reputasi baik yang dikenang oleh
manusia setelah kematiannya.
Penulis tidak menemukan seorang ulama pun yang menerangkan makna ketiga,
atau membahasnya dalam pembahasan yang spesifik, kecuali Imam An Nawawi
yang menukil makna tersebut dari Al Qadhī Iyādh, namun beliau sendiri
melemahkannya, dan Imam Ibn Hajar menukilnya dari Ibn At Tīn, kemudian
At Tibi membenarkannya.
Sedangkan makna pertama dan kedua adalah benar sesuai dengan maksud
hadits. Karena banyak hadits yang menerangkan perihal berlipatnya pahala
amal dan amalan yang dapat memperpanjang usia.
Kesimpulan yang harus kita ambil dari makna pertama yang bersifat kiasan
dan makna kedua bersifat hakiki itu adalah hendaklah tujuan
memperpanjang umur untuk menginvestasikan setiap waktu dalam rangka
ketaatan dan ketaqwaan. Karena Orang yang panjang umurnya namun jelek
amalnya pada hakekatnya adalah sejelek jelek manusia, sebagaimana sabda
nabi saw yang diriwayatkan Abu Bakrah bahwa seorang laki laki bertanya
kepada nabi saw, “wahai Rasul, manusia yang bagaimanakah yang paling
baik? Rasulullah saw bersabda, “orang yang panjang umurnya dan baik
amalnya.” Kemudian orang itu bertanya lagi,’ wahai Rasul, manusia yang
bagaimanakah yang paling jelek? Rasulullah saw bersabda,” orang yang
panjang umurnya namun buruk amalnya.” (H.R. Ahmad dan Al Bānī
menshahihkannya dalam shahīh al jāmì, no: 3297)
Sebagai penutup, Dr. Yusuf Al Qardhawī mengatakan, “sebenarnya umur
manusia yang hakiki bukanlah jumlah tahun yang dilalui dari kelahiran
hingga wafat, akan tetapi umur yang sebenarnya ialah apa yang tercatat
dalam timbangan amal di sisi Allah berupa amal shalih dan kebajikan.
Seorang ahli hikmah berkata, ‘berapa banyak umur yang panjang masanya
namun sedikit muatan amalnya, dan berapa banyak umur yang pendek masanya
namun banyak muatan amalnya. Orang yang diberikan keberkahan umur, ia
akan mendapatkan karunia Allah dalam waktu yang relative singkat, yaitu
suatu karunia yang tidak bisa diungkapkan dengan untaian kata dan
sya’ir.’ Semoga kita diberikan limpahan karunia itu. Amin..
Banyak pula hadits-hadits yang mengingatkan tentang maut, agar manusia
selalu ingat bahwa hidup di dunia ini tidaklah selamanya. Dan agar dia
bersiap-siap dengan perbekalan yang dia butuhkan untuk perjalanannya
yang panjang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ : الْمَوْتَ , فَإِنَّهُ لَمْ
يَذْكُرْهُ أَحَدٌ فِيْ ضِيْقٍ مِنَ الْعَيْشِ إِلاَّ وَسَّعَهُ عَلَيْهِ ,
وَلاَ ذَكَرَهُ فِيْ سَعَةٍ إِلاَّ ضَيَّقَهَا عَلَيْهِ
Perbanyaklah
mengingat pemutus kenikmatan: yaitu kematian. Karena sesungguhnya
tidaklah seseorang mengingatnya di waktu sempit kehidupannya, kecuali
(mengingat kematian) itu melonggarkan kesempitan hidup atas orang itu.
Dan tidaklah seseorang mengingatnya di waktu luas (kehidupannya),
kecuali (mengingat kematian) itu menyempitkan keluasan hidup atas orang
itu. (HR. Ath-Thobaroni dan Al-Hakim Shahih Al-Jami’ush Shaghir: no. 1222; Shohih At-Targhib, no: 3333)
عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَسَلَّمَ
عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ يَا
رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
قَالَ فَأَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ
ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ
الْأَكْيَاسُ
Dari
Ibnu Umar, dia berkata: “Aku bersama Rosululloh shallallahu ‘alaihi
wasallam , lalu seorang laki-laki Anshor datang kepada beliau, kemudian
mengucapkan salam kepada belaiu, lalu dia berkata: “Wahai Rosululloh,
manakah di antara kaum mukminin yang paling utama?”. Beliau menjawab:
“Yang paling baik akhlaknya di antara mereka”. Dia berkata lagi:
“Manakah di antara kaum mukminin yang paling cerdik?”. Beliau menjawab:
“Yang paling banyak mengingat kematian di antara mereka, dan yang paling
baik persiapannya setelah kematian. Mereka itu orang-orang yang
cerdik”. (HR. Ibnu Majah, no: 4259. Hadits Hasan; Lihat Ash-Shohihah, no: 1384)
لَوْتَعْلَمُوْنَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيْرًا.
“Andai saja engkau mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya engkau akan sedikit tertawa dan banyak menangis”. (Mutafaq ‘Alaih)
Maksudnya apabila kita tahu hakekat kematian dan keadaan alam akhirat
serta kejadian-kejadian di dalamnya niscaya kita akan ingat bahwa
setelah kehidupan ini akan ada kehidupan lain yang lebih abadi.
Demikian Kaji Diri kali ini, Insya Allah minggu berikutnya masih membahas masalah persiapan apa saja untuk menuju hari esok.
Mudah-mudahan pada Kaji Diri kali ini dapat kita petik manfaatnya dan senantiasa kita ‘amalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Yang benar dari Allah, yang salah dari saya pribadi.
Wassalaamu’alaikum..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar