“PERSIAPAN MENUJU HARI ESOK (bag 3)”

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Assalaamu’alaikum Wr.Wb.
Kaji Diri kali ini menyambung pembahasan minggu sebelumnya yaitu “PERSIAPAN MENUJU HARI ESOK”,
dan bahasannya lebih kepada Persiapan-persiapan apa saja sebagai bekal
kita dalam rangka menyongsong kematian yang Insya Allah akan bertemu
kehidupan akhirat dengan hati yang bersih, tenang dan puas.
Al-Hasyr:018
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS 59:18)
Allah memanggil orang-orang yang beriman untuk bertakwa kepada Allah dan
hendaknya memperhatikan/mawas diri agar mempersiapkan diri untuk menuju
hari akhirat yaitu dengan bertakwa. Apa saja yang kita perbuat selama
hidup, sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang kita kerjakan.
Az-Zumar:070
وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَا يَفْعَلُونَ
Dan
disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah
dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS
39:70)
Dunia adalah tempat persinggahan sementara dan sebagai ladang akhirat
tempat kita mengumpulkan bekal untuk menempuh perjalanan menuju negeri
yang kekal abadi itu. Barangsiapa yang mengumpulkan bekal yang cukup,
maka dengan izin Allah dia akan sampai ke tujuan dengan selamat, dan
barang siapa yang bekalnya kurang maka dikhawatirkan dia tidak akan
sampai ke tujuan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan sikap yang benar dalam kehidupan di dunia dengan sabdanya:
“Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan”
Maka hendaknya setiap Muslim yang mementingkan keselamatan dirinya
benar-benar memberikan perhatian besar dalam mempersiapkan diri dan
mengumpulkan bekal untuk menghadapi hari yang kekal abadi ini. Karena
pada hakikatnya, hari inilah masa depan bagi manusia yang sesungguhnya.
Kedatangan hari tersebut sangat cepat seiring dengan cepat berlalunya
usia manusia.
Sebelum menempuh kepada kehidupan akhirat, kita sudah mengetahui bahwa
diri kita pasti akan mengalami kematian karena setiap yang berjiwa pasti
akan merasakan mati.
Al-`Ankabuut:057
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (QS 29:57)
Al-Anbiyaa`:035
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya
kepada Kamilah kamu dikembalikan. (QS 21:35)
Ali-`Imraan:185
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ
فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan
dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS 3:185)
Kita diciptakan oleh Allah dan akan dikembalikan kepada Allah (Inna
lillahi wa inna ilaihi rajiuun). Ketika kita menjalani hidup ini sudah
pasti mengalami ujian-ujian yang dihadapi. Ujian-ujian itu bukan hanya
berupa keburukan tetapi juga kesenangan. Ujian kesenangan inilah yang
senantiasa Allah mengingatkan bahwa sesungguhnya merupakan kesenangan
yang memperdayakan. Untuk itu hanya orang-orang yang beriman dan
bertakwalah yang mampu menghadapinya. Kepada orang-orang yang beriman
dan bertakwapun, Allah masih mengingatkan agar menjalani hidup ini
senantiasa untuk beribadah, ber’amal sholeh, bertakwa, menjalankan
ajaran Islam dengan menyeluruh dengan ikhlas dan ini lah kunci sebagai
bekal untuk kita dalam menghadapi kematian agar tercapai mati dalam
keadaan Islam. Mati secara Khusnul Khotimah. Mati dalam keadaan jiwa
yang tenang dan bersih. Dengan jiwa yang tenang dan hati yang bersih
inilah yang akan dipanggil oleh Allah dengan panggilan yang menyejukkan
jiwa, menyejukkan hati.
Al-Fajr:027
يَاأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
Hai jiwa yang tenang. (QS 89:27)
Al-Fajr:028
ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. (QS 89 28)
Al-Fajr:029
فَادْخُلِي فِي عِبَادِي
Maka masuklah ke dalam jama`ah hamba-hamba-Ku, (QS 89:29)
Al-Fajr:030
وَادْخُلِي جَنَّتِي
masuklah ke dalam syurga-Ku. (QS 89:30)
Dengan jiwa yang tenang, kita diajak untuk masuk kedalam surga-Nya.
Dengan jiwa yang tenang ini berarti kita sudah dibebaskan diri dari rasa
kekhawatiran akan harta, pangkat, jabatan, anak-anak yang kita cintai
karena itu semua sudah tidak berguna. Hanya diri kita sendirilah yang
akan menolong karena mempunyai hati yang bersih dan orang lain siapapun
itu tidak akan dapat menolong kita.
Asy-Syuaraa`:088
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, (QS 26:88)
Asy-Syuaraa`:089
إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, (QS 26:89)
Al-Baqarah:048
وَاتَّقُوا يَوْمًا لَا تَجْزِي نَفْسٌ عَنْ نَفْسٍ شَيْئًا وَلَا يُقْبَلُ
مِنْهَا شَفَاعَةٌ وَلَا يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ
Dan
jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang
tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula)
tidak diterima syafa`at dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka
akan ditolong. (QS 2:48)
Lalu bagaimana caranya agar kita memiliki persiapan dengan jiwa yang tenang dan bersih ini?
Ar-Ra`d:028
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram. (QS 13:28)
Terkadang dalam keseharian, kita sudah melaksanakannya. Kita sudah
mengingat Allah tetapi hati ini belum juga tenteram. Kenapa demikian?
Kiranya pertanyaan ini perlu dipertanyakan kembali kepada keimanan
dirinya.Untuk itu ada baiknya kita kaji kembali satu persatu. Yang
pertama adalah mengenai Iman.
Iman jika diartikan kedalam bahasa Indonesia adalah percaya. Percaya ini
haruslah tumbuh menjadi rasa cinta (Cinta kepada Allah).
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا
يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا أَشَدُّ حُبًّا
لِلَّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ
الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
Dan
diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.
Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan
jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika
mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan
Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka
menyesal). (QS 2:165)
Orang beriman = Kata, Hati, Perbuatan, harus sesuai seperti yang
dicontohkan Rasulullah SAW. Ketiga kata itu merupakan satu kesatuan.
Dalam hadits dijelaskan :
“Iman adalah ma’rifat dengan hati, diucapkan dengan lisan dan dibuktikan
dengan amal perbuatan.” (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani dari Ali ra.)
Ada perkataan tetapi tidak dilakukan dengan perbuatan, ini yang disebut “KUFUR”.
Ada perkataan, ada perbuatan, tetapi tidak sesuai dengan hati, ini yang disebut “MUNAFIK”.
Ada perkataan, ada perbuatan, mengikat dalam hati, tetapi tidak sesuai
dengan yang dicontohkan Rasulullah, ini yang disebut “BID’AH”.
Mengapa Kata, Hati dan Perbuatan harus sesuai seperti yang dicontohkan Rasulullah? Mari kita lihat pada Surat dan Ayat berikut :
Ali-`Imraan:031
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ
اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah:
“Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (QS 3:31)
Dari ayat tersebut, jika kita mencintai Allah kita harus mengikuti
Rasulullah . Kenapa harus Rasulullah? maka dijelaskan kembali :
Al-Ahzab:021
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ
يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(QS 33:21)
Dari QS 33:21 dijelaskan bahwa pada “Diri Rasulullah”. Jadi yang perlu
diperhatikan dan dicermati adalah bukan kepada sorbannya, bangsa,
negara, golongan, keturunan, budaya dan lain sebagainya. Namun dari
dalam dirinya lah (akhlak) yang harus benar-benar kita teladani dan
ikuti.
Yang manakah yang dimaksud pada Diri Rasulullah فِي رَسُولِ اللَّهِ ? kita lihat :
Al-Fath:029
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى
الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ
فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ
أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي
الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ
فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ
الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap
orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat
mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya,
tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah
sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil,
yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu
menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di
atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena
Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan
orang-orang mu`min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang
besar.(QS 48:29)
Keras terhadap orang-orang kafir maksudnya adalah lebih kepada sifatnya,
bukan kepada orangnya. Terutama adalah sifat kekafiran yang ada pada
diri kita sendiri. Yang manakah sifat kekafiran itu ?
Al-Baqarah:006
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ ءَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya
orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau
tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. (QS 2:6)
Masihkan kita mempunyai sifat ini? padahal sudah diberikan peringatan
oleh Allah (Al-Qur’an) tetapi masih sama saja tidak beriman.
Dalam Al-Qur’an dijelaskan sebagai bentuk peringatan bahwa dalam rangka
kita menjalankan Islam, tidak harus mengejar kepada akhiratnya saja
tanpa memikirkan dunia dan sebaliknya. Kita hidup di dunia tentu ada
aturan-aturan yang harus kita patuhi juga agar kita tidak termasuk
manusia yang diliputi kehinaan dimana saja berada, seperti :
Ali-`Imraan:112
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ
اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ
وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا
يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ
ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ
Mereka
diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka
berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia
, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi
kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah
dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu
disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. (QS 3:112)
Yang mana yang disebut ayat-ayat Allah?
Al-A`raaf:040
إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا لَا
تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ
حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ وَكَذَلِكَ نَجْزِي
الْمُجْرِمِينَ
Sesungguhnya
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri
terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu
langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang
jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang
berbuat kejahatan. (QS 7:40)
Ar-Ruum:021
وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا
لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ
فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir. (QS 30:21)
Pada hakekatnya manusia diciptakan oleh Allah sudah diberikan keimanan,
dan dalam perjalanannyalah tinggal manusia itu sendiri yang harus
menumbuhkan keimanannya itu, akan bertambah atau berkurang. Bertambahnya
iman karena berbuat baik, berkurangnya iman karena berbuat maksiat
(berbuat tidak baik/melanggar hukum Allah).
Sahabat Abu ad-Darda` Uwaimir al-Anshaari rahimahullah berkata,
الإِيْمِانُ يَزْدَادُ وَ يَنْقُصُ
“Iman itu bertambah dan berkurang.”
Dapat disimpulkan bahwa rasa keimanan itu harus tumbuh dari diri manusia
itu sendiri dan bukan serta merta rasa keimanan itu harus menunggu
datangnya dari Allah. Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa untuk
menjalankan ajaran Islam dia menunggu datangnya Hidayah dari Allah dan
inipun baru dilakukan setelah masa hidup mereka sudah mencapai usia tua.
Orang beriman itu jika datang seruan dari Allah, maka ia mendengar dan
melaksanakan (sebagai bentuk ketaatan). Jangan sebaliknya seperti sifat
yang dimiliki oleh orang Yahudi bahwa jika datang seruan dari Allah,
maka ia mendengar tetapi tidak melaksanakan (tidak taat).
ءَامَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ
كُلٌّ ءَامَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا
نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا
غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Rasul
telah beriman kepada Al Qur`an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka
mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan
yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan:
“Kami dengar dan kami ta`at.” (Mereka berdo`a): “Ampunilah kami ya
Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS 2:285)
مِنَ الَّذِينَ هَادُوا يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ
وَيَقُولُونَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَرَاعِنَا
لَيًّا بِأَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِي الدِّينِ وَلَوْ أَنَّهُمْ قَالُوا
سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ
وَأَقْوَمَ وَلَكِنْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُونَ
إِلَّا قَلِيلًا
Yaitu
orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya.
Mereka berkata : “Kami mendengar”, tetapi kami tidak mau menurutinya.
Dan (mereka mengatakan pula) : “Dengarlah” sedang kamu sebenarnya tidak
mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan) : “Raa`ina” , dengan
memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan :
“Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami”,
tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah
mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali
iman yang sangat tipis. (QS 4:46)
MENGAPA KITA BERIMAN ?
Al-Baqarah:021
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,
Al-Baqarah:022
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ
مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ
فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Dialah
yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap,
dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan
hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu
janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu
mengetahui.
Karena bumi, langit dan segala isinya adalah ciptaan Allah. Kita tinggal
dibumi Allah, kita hanya numpang di bumi Allah maka aturan-Nya harus
kita ta’ati. Segala perintahNya harus kita laksanakan dan segala
laranganNya harus kita tinggalkan.
Gunanya kita Beriman
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ
قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ
وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لا
يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ
الْفَاسِقُونَ
Dan
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan
Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada
dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan
tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang
(tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang
fasik. (QS 24:55)
Dari QS 24:55 diatas, ada 3 (tiga) point janji Allah yang apabila kita beriman & mengerjakan amal saleh, yaitu :
Allah akan menjadikan kita berkuasa di bumi seperti orang-orang yang
telah berkuasa sebelum kita. Allah akan meneguhkan kita agama yang telah
diridhainya yaitu Islam. Allah akan menukar keadaan kita yang
sebelumnya berada dalam ketakutan (gelisah) kepada keadaan yang aman
sentausa (tentram).
Itu adalah janji Allah yang harus kita yakini bahwa janji Allah itu benar.
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ
Hai
manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali
janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah
syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah. (QS 35:5)
Kemudian kitapun selalu diingatkan agar jangan pernah mempersekutukan
Allah dengan sesuatu apapun. Dalam menyembah Allah haruslah murni
(ikhlas), tidak dicampur aturan-aturanNya antara yang Hak dengan yang
Bathil, agar kita tidak terlibat kepada perbuatan Syirik. Orang-orang
yang ikhlas inilah orang-orang yang mendapat keamanan, kebahagiaan dan
tempat kembali yang baik.
Al-An`aam:082
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Orang-orang
yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman
(syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah
orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS 6:82)
Ar-Ra`d:029
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ طُوبَى لَهُمْ وَحُسْنُ مَآبٍ
Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik. (QS 13:29)
An-Nisaa`:036
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ
إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ
ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ
السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ
كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh ,
dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan
diri, (4:36)
Az-Zumar:011
قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ
Katakanlah:
“Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. (QS 39:11)
Syirik terbagi menjadi Syirik Nyata dan Syirik tidak Nyata/samar-samar.
Syirik nyata dapat dengan mudah kita jauhi seperti menyembah patung,
percaya kepada benda-benda yang dikeramatkan, dll. Akan tetapi yang
sulit kita jauhi adalah Syirik tidak nyata/samar-samar, karena syirik
ini mungkin dalam keseharian tanpa sadar kita telah melakukannya seperti
pada makanan, pergaulan, hati.
Untuk itu mari kita cermati mengenai syirik yang tidak nyata dari
makanan. Kenapa dari makanan haruslah kita lebih hati-hati ? Dalam
Al-Qur’an di sebutkan mengenai kehati-hatian dalam memperhatikan makanan
:
فَلْيَنْظُرِ الإنْسَانُ إِلَى طَعَامِهِ
maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. (QS 80:24)
dalam hadits dikatakan :
“Sesungguhnya syaitan itu berjalan dalam tubuh anak Adam -yakni manusia- sebagaimana aliran darah. (Muttafaq ‘alaih)
Dari makanan inilah yang akan menghasilkan darah dan menyebar keseluruh
tubuh dan membentuk organ tubuh. Ini yang akan membentuk sifat manusia.
Dalam memakan makanan jangan sampai kita memiliki Halal, Haram, Hantam
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الأرْضِ حَلالا طَيِّبًا وَلا
تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Hai
sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena
sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS 2:168)
Lalu yang manakah makanan itu yang harus kita perhatikan ?
وَلَا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ
لَفِسْقٌ وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَى أَوْلِيَائِهِمْ
لِيُجَادِلُوكُمْ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ
Dan
janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah
ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah
suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada
kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti
mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik. (QS
6:121)
Untuk itulah, setelah kita mengetahui untuk memperhatikan makanan dalam rangka mencapai tingkat keimanan, maka
فَكُلُوا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ بِآيَاتِهِ مُؤْمِنِينَ
Maka
makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika
menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayat-Nya. (QS 6:118)
Jika kita sudah mengetahui dan tetap tidak memperhatikan makanan dalam
rangka beriman kepada ayat-ayat Allah, maka akibatnya adalah :
إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا لا
تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى
يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُجْرِمِينَ
Sesungguhnya
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri
terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu
langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang
jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang
berbuat kejahatan. (QS 7:40)
Tidak dibukakan pintu-pintu langit yang dimaksud adalah tidak
dikabulkannya do’a. Karena kita masih terlibat kepada sifat kekafiran
dimana do’anya akan menjadi sia-sia, seperti firman Allah :
قَالُوا أَوَ لَمْ تَكُ تَأْتِيكُمْ رُسُلُكُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا
بَلَى قَالُوا فَادْعُوا وَمَا دُعَاءُ الْكَافِرِينَ إِلا فِي
Penjaga
Jahanam berkata: “Dan apakah belum datang kepada kamu rasul-rasulmu
dengan membawa keterangan-keterangan?” Mereka menjawab: “Benar, sudah
datang”. Penjaga-penjaga Jahanam berkata: “Berdoalah kamu”. Dan doa
orang-orang kafir itu hanyalah sia-sia belaka.(QS 40:50)
TUJUAN KITA BERIMAN
Tujuan kita beriman adalah untuk mencari Ridha Allah (senangnya Allah), seperti dalam Al-Qur’an :
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. (QS 98:7)
جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا
الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا
عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ
Balasan
mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga Adn yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida
terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah
(balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (QS 98:8)
Pada QS 98:7, jelas bahwa bukan hanya sekedar beriman saja, tetapi perlu
ada perbuatan (mengerjakan amal saleh). Ingat, syarat orang beriman
adalah : Kata, Hati, Perbuatan harus sesuai contoh Rasulullah.
Jika Allah sudah senang kepada kita (Ridha), dan kitapun senang kepada
Allah, apapun yang kita minta akan dikabulkan. Ini adalah janji Allah.
CIRI-CIRI/ TANDA-TANDA ORANG BERIMAN
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ
قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا
وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama
Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka
ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah
mereka bertawakal,(QS 8:2)
الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
(yaitu) orang-orang yang mendirikan salat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.(QS 8:3)
أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
Itulah
orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan
memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan
serta rezeki (nikmat) yang mulia. (QS 8:4)
SIKAP ORANG BERIMAN
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ
كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لا نُفَرِّقُ
بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ
رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Rasul
telah beriman kepada Al Qur`an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka
mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan
yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan:
“Kami dengar dan kami ta`at.” (Mereka berdo`a): “Ampunilah kami ya
Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS 2:285)
Dari surat diatas, maka sikap orang beriman :
Tidak membedakan Rasul-rasul-Nya, artinya semua Rasul adalah sama, tidak
ada yang besar (contoh dalam pengucapan Nabi Besar Muhammad SAW, hal
ini bisa berarti Nabi yang lain kecil)
Demikian Kaji Diri kali ini, mudah-mudahan apa yg menjadi bahasan kali
ini dapat kita praktekkan dalam kehidupan sehari-sehari. Insya Allah
minggu berikutnya masih mengkaji masalah ini yaitu Persiapan Menuju Hari
Esok.
Yang benar dari Allah, yang salah dari diri pribadi.
Wassalaamu’alaikum..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar