MUSUH-MUSUH MANUSIA
https://www.facebook.com/aang.muttaqin, Oleh :ir aang zezen zainal muttaqin.SH.M.Ag,
Kita memahami, bahwa Allah Azza wa Jalla menciptakan fitrah atas diri
manusia, yaitu bisa mengetahui dan mengenal kebenaran, serta menjauhi
dan menghindari kebathilan. Akan tetapi, meskipun fithrah manusia itu
sudah disiapkan dan memiliki kemampuan untuk mengetahui yang haq dan
yang bathil, namun bukan berarti untuk mengamalkan al haq ataupun
menghindari yang bathil itu mudah.
Ada rintangan dan hambatan yang menjadi ujian. Ada musuh yang selalu
menghalangi dari jalan al haq. Dan sebaliknya ada musuh yang selalu
berusaha membimbing ke arah yang bathil.
Musuh-musuh ini memberikan gambaran tentang kebenaran dan kebathilan. Al
haq, yang semestinya indah, menjanjikan kebaikan dan membawa kepada
kebahagiaan dunia dan akhirat, digambarkan oleh musuh manusia sebagai
sesuatu yang menakutkan dan menyusahkan.
Sebaliknya yang bathil, yang mestinya menjijikkan dan berujung pada
penderitaan, digambarkan oleh musuh manusia sebagai keindahan nan
menyenangkan. Akhirnya banyak orang yang terpedaya, meninggalkan jalan
yang benar dan mengikuti jalan yang bathil, iyadzan billah.
Karenanya, wahai saudara-saudaraku, rahimanillahu wa iyyakum ajma’in,
kita perlu mengetahui musuh-musuh itu, agar dapat bersikap. Musuh
tetaplah musuh, bukan sebagai teman, apalagi sebagai pembimbing.
Siapakah musuh-musuh yang selalu berusaha mengajak manusia kepada
perbuatan batil dan keliru?
Musuh yang pertama adalah setan. Berbagai macam cara ditempuh oleh setan
untuk menjerumuskan manusia ke dalam kebathilan dan menghalangi manusia
dari al haq (kebenaran). Dan setan ini sering berhasil menjadikan
manusia sebagai pengikutnya. Hanya orang-orang ikhlas dalam ibadahnya
yang selamat dari makar dan tipu daya setan. Hanya orang-orang beriman
yang bisa menjadikan setan sebagai musuhnya. Semoga Allah menjadikan
kita termasuk orang-orang beriman yang iikhlas dalam beribadah kepada
Allah Azza wa Jalla.
Di awal kitab Madarijus Salikin dan al Bada-i, pada akhir pembahasan
tafsir surat al Mu’awwidzatain (surat an Nas dan al Falaq), Ibnul Qayyim
rahimahullah menyebutkan cara-cara dan tahapan setan dalam
menghembuskan kejahatan dan tipuan kepada manusia.
Tahapan Pertama : Setan mengajak manusia melakukan perbuatan kufur dan
syirik, menentang Allah dan RasulNya. Inilah yang paling diinginkan oleh
setan. Dengan cara ini, setan telah berhasil menyesatkan banyak orang.
Dengan cara ini, manusia dijadikan sebagai tentara dan para abdinya.
Jika setan putus asa dan tidak mampu menyeret manusia ke dalam perbuatan
kufur, maka setan akan menggodanya dengan tahapan berikutnya.
Tahapan Kedua : Setan mengajak manusia untuk mengamalkan perbuatan
bid’ah dalam agama, baik bid’ah dalam masalah aqidah maupun amal
perbuatan.
Bid’ah merupakan perbuatan dosa, yang pelakunya sulit diharapkan
bertaubat. Setan memberi gambaran yang indah dalam benak manusia, bahwa
apa yang dilakukan itu merupakan kebenaran, dan ahli bid’ah mempercayai
bisikan setan ini. Karena anggapan yang baik atas perbuatan bid’ah,
membuat pelakunya susah melepaskan diri dan bertaubat dari perbuatan
yang dianggap baik ini, padahal sebenarnya menyesatkan.
Ketika berhasil menyeret seseorang ke dalam tahapan ini, maka setan akan
merasa lega. Karena perbuatan bid’ah merupakan gerbang menuju
kekufuran. Dan para pembuat bid’ah menjadi salah satu corong di antara
propaganda iblis.
Jika setan tidak mampu menyeretnya ke dalam perbuatan bid’ah, maka dia
akan menjebak dan menggiring manusia kepada Tahapan Ketiga : Yaitu
perbuatan dosa besar dengan berbagai macam variasinya.
Dosa-dosa besar ini juga merupakan gerbang menuju kekufuran. Setan
berhasil menjerumuskan banyak orang dalam dosa besar. Manusia tenggelam
dalam perbuatan maksiat, sehingga hatinya menjadi membatu, terhalang
dari kebenaran. Kemudian setan menyebarkan berita tentang mereka ini di
tengah masyarakat. Setan memanfaatkan tentara dan para abdinya untuk
menyebarkan perbuatan dosa ini, terutama jika perbuatan dosa ini
dilakukan oleh penguasa atau orang yang diidolakan. Tujuannya, supaya
perbuatan-perbuatan mereka dijadikan argumen.
Sebagai misal, yaitu makan riba, mendengarkan musik, menikmati alat-alat
musik dan permainan, menyetujui perbuatan bersolek, membuka wajah dan
ikhtilath (campur baur) laki-laki dan perempuan, loyal dan suka kepada
orang-orang kafir, homoseks, meminum khamr, dan lain sebagainya.
Dalam tahapan ini, setan berhasil menyesatkan banyak orang. Banyak
manusia berkubang dalam kemungkaran-kemungkaran. Setan menghiasi
amal-amal para idola ini, sehingga mereka menjadi pioner yang mengajak
ke perbuatan maksiat secara nyata, atau mungkin dengan ucapan.
Sedangkan orang yang tidak mampu digoda setan dan dijaga oleh Allah dari
perbuatan dosa-dosa besar, maka setan berusaha menyeretnya ke Tahap
Keempat : Yaitu melakukan dosa-dosa kecil, sebagai gerbang memasuki
dosa-dosa besar. Dosa-dosa kecil ini terkadang dianggap remeh oleh
manusia dan tidak peduli dengan pelakunya. Padahal, dosa-dosa kecil itu
menyeret untuk melakukan dosa berikutnya.
Diceritakan dalam sebuah hadits dari Sahl bin Sa’d, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :
إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ حَتَّى يُهْلِكْنَهُ
"Jauhilah dosa-dosa kecil, karena jika dosa-dosa itu berkumpul pada diri seseorangو akhirnya akan membuatnya binasa (celaka)"
Maka, tidak diragukan lagi, meremehkan perbuatan dosa kecil, bisa
merubah dosa kecil menjadi besar. Sebagaimana perkataan ulama Salaf,
tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus-menerus, dan tidak dosa besar
bila diiringi dengan istighfar.
Sebagian yang lain mengatakan, janganlah kalian memandang kecil sebuah
dosa, akan tetapi pandanglah keagungan Dzat yang kalian durhakai.
Jika setan merasa lemah dan tidak mampu menjerumuskan manusia ke dalam
perbuatan-pebuatan dosa ini, maka setan menggoda manusia dengan tahapan
kelima. Yaitu menyibukkan manusia dengan perkara-perkara mubah yang
tidak mendatangkan pahala, dan juga tidak mengakibatkan dosa.
Menyibukkan perkara-perkara mubah, berarti menyia-nyiakan waktu dan
usia, tidak memanfaatkankanya dengan kebaikan dan perbuatan shalih.
Betapa banyak manusia tertipu dengan perkara-perkara mubah,
berlebih-lebihan dalam makanan, minum, rumah, pakaian. Demi keperluan
ini, manusia telah menyia-nyiakan sejumlah harta, usia dan waktu, lalai
dengan kebaikan, tidak berlomba-lomba dalam kebaikan. Sehingga,
perbuatan mubah ini bisa menjadi penyebab seseorang lupa kepada akhirat,
dan lupa melakukan persiapan untuk menyongsongnya.
Sedangkan manusia yang tidak bisa dijerumuskan dengan tahapan ini, maka
setan akan mengganggunya dengan Tahapan Keenam, yaitu mengalihkan
perhatian manusia dari amalan-amalan yang lebih baik kepada amalan yang
di bawahnya. Sebagai misal, seseorang akan menggunakan harta untuk
hal-hal yang bernilai baik tetapi kurang. Disibukkan dengan
amalan-amalan marjuh (bernilai baik tetapi kurang), sehingga (salah satu
wujudnya) mempelajari ilmu-ilmu yang tidak memiliki urgensitas dan
kehilangan ilmu yang bermanfaat.
Atau seseorang itu lebih memilih melakukan usaha-usaha yang masih
memiliki syubhat daripada usaha yang jelas-jelas halal. Lebih
mengutamakan ibadah-ibadah qashirah (yaitu manfaat ibadahnya hanya
sebatas untuk si pelaku saja, seperti shalat sunnah) daripada ibadah
muta’addiyah (ibadah yang manfaatnya juga akan dirasakan oleh orang
lain) seperti jihad, mengajarkan ilmu, memerintahkan kepada yang ma’ruf,
mencegah dari kemungkaran. Akibatnya, dia akan kehilangan kebaikan yang
banyak.
Inilah tipu daya musuh setan. Saat setan merasa lemah dan tidak mampu
menjerat sebagian manusia dalam perangkap-perangkap ini, maka setan
memberikan kuasa kepada wali-walinya dan para abdinya dari kalangan jin
dan manusia, serta orang yang tertipu dengan bisikannya. Lalu mereka
menghina orang-orang baik ini dengan tujuan menyakiti wali dan para
kekasih Allah Azza wa Jalla. Mereka menyiksanya dengan siksa yang buruk,
seperti pembunuhan, pengusiran, penahanan, penyiksaan, penghinaan,
pelecehan terhadap amalan-amalan orang-orang baik ini, sebagaimana
kejadian yang dialami oleh para nabi Allah dan pengikutnya pada setiap
waktu dan di semua tempat.
Semoga Allah melindungi kita dari semua makar dan tipu daya setan.
Musuh manusia yang kedua, adalah nafsu yang senantiasa mengajak kepada keburukan.
Hawa nafsu ini cendrung kepada kebathilan, menghalangi manusia agar
tidak menerima kebenaran dan tidak mengamalkannya. Jika jiwa ini
muthmainnah (tenang dalam kebenaran), lebih mengutamakan yang hak, maka
dia akan membimbing manusia ke arah yang benar dan berjalan di atas
jalan keselamatan.
Musuh manusia yang ketiga, adalah menjadikan hawa nafsu ini sebagai
ilah, yaitu menjadikan hawa nafsu sebagai sesembahan selain Allah.
Disebutkan dalam firman Allah :
"Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai ilahnya (sesembahannya). Maka apakah kamu dapat menjadi
pemelihara atasnya?" [al Furqon : 43].
Seseorang yang selalu memperturutkan segala keinginannya, ia tidak akan
peduli dengan akibat buruknya. Dalam sebuah atsar diriwayatkan, di bawah
kolong langit ini, tidak ada yang lebih jelek dibandingkan hawa nafsu
yang diperturutkan.
Adapun musuh manusia yang keempat adalah gemerlap dunia, kenikmatan dan
hiasannya. Keindahan dunia dan berbagai kenikmatan semunya, telah menipu
banyak orang, membuat manusia lupa kepada tujuan hidupnya yang hakiki.
Padahal kehidupan akhirat dan segala isinya jauh lebih baik dibandingkan
dengan kehidupan dunia yang fana. Allah Azza wa Jalla berfirman:
"Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan
hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah, adalah
lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya?" [al
Qashash : 60]
Allah Azza wa Jalla juga berfirman :
"Tetapi kamu (orang-orang) kafir lebih memilih kehidupan duniawi. Sedang
kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal". [al A’la :
16-17].
Demikian beberapa musuh yang sering menghalangi manusia dari berbuat
amal shalih. Semoga Allah melindungi kita dari semua makar dan tipu daya
yang menyesatkan.
Jika musuh-musuh bisa menguasai diri seorang manusia, maka dampak yang
terlihat adalah tidak semangat dalam melakukan ketaatan. Dan sebaliknya,
ia justru semangat dan tidak takut melakukan perbuatan maksiat.
Meski begitu, Allah Azza wa Jalla yang Maha Rahim tidak membiarkan para
hambaNya untuk menghadapi musuhnya seorang diri. Allah Azza wa Jalla
berjanji akan menolong manusia dalam menghadapi musuh-musuhnya ini.
Allah memerintahkan kepada kita agar memohon perlindungan kepada Allah
dari godaan setan yang terkutuk, serta memerintahkan manusia agar
memohon pertolongan kepada Allah k dalam melakukan amalan yang susah
ataupun berat baginya.
Allah Azza wa Jalla juga memerintahkan kepada para hambaNya agar ikhlas
dalam melakukan ketaatan. Dengan demikian, dia akan termasuk hamba-hamba
pilihan. Hamba-hamba yang ikhlas akan dibentengi Allah Azza wa Jalla
dari kekuasaan musuh. Allah Azza wa Jalla berfirman :
"Sesungguhnya hamba-hambaku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Rabb-mu sebagai Penjaga" [al Israa` : 65].
Semoga Allah senantiasa menolong kita dalam menghadapi godaan
musuh-musuh, yang senantiasa menghalangi manusia dari jalan ketaatan.
Dan semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hambaNya yang ikhlas,
dan senantiasa mengikuti petunjuk Raslullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam.https://www.facebook.com/aang.muttaqin, Oleh :ir aang zezen zainal muttaqin.SH.M.Ag,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar