SHALAT KHAUF. https://www.facebook.com/aang.muttaqin, Oleh :ir aang zezen zainal muttaqin.SH.M.Ag, Allah Ta'ala berfirman:
وَإِذَا كُنتَ فِيهِمْ فَأَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلَاةَ فَلْتَقُمْ طَائِفَةٌ
مِّنْهُم مَّعَكَ وَلْيَأْخُذُوا أَسْلِحَتَهُمْ فَإِذَا سَجَدُوا
فَلْيَكُونُوا مِن وَرَائِكُمْ وَلْتَأْتِ طَائِفَةٌ أُخْرَىٰ لَمْ
يُصَلُّوا فَلْيُصَلُّوا مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوا حِذْرَهُمْ
وَأَسْلِحَتَهُمْ
“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (Sahabatmu) lalu kamu
hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan
dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian
apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan
seraka'at), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk
menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum
bershalat, lalu shalatlah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap
siaga dan menyandang senjata...” [An-Nisaa': 102].
Tata Caranya
Al-Khaththabi rahimahullah berkata, "Shalat khauf banyak ragamnya. Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah melakukannya pada keadaan dan cara
yang berbeda-beda. Masing-masing disesuaikan agar shalat terlaksana
lebih baik dan lebih mendukung untuk pengawasan musuh. Sekalipun tata
caranya berbeda, namun intinya tetap sama. [1]
1. Dari Ibnu 'Umar Radhiyallahu anhuma, dia berkata, "Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan shalat khauf satu raka’at
bersama salah satu golongan, sementara golongan yang lain menghadap ke
musuh. Kemudian golongan pertama berpaling dan menggantikan di tempat
kawan-kawan mereka yang lain sambil menghadap ke arah musuh. Setelah
itu, datanglah golongan kedua yang lalu shalat bersama Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam satu raka’at. Lalu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
salam dan golongan kedua pun meneruskan satu raka’at, begitu juga dengan
golongan yang pertama." [2]
2. Dari Sahl bin Abi Hatsmah Radhiyallahu anhu, "Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam mengimami para Sahabatnya pada waktu shalat khauf.
Beliau membariskan mereka di belakangnya menjadi dua shaff. Kemudian
beliau shalat satu raka’at bersama shaff yang dekat dengannya (shaff
pertama). Setelah itu, beliau berdiri dan terus berdiri hingga para
Sahabat di shaff pertama merampungkan satu raka’at (yang tersisa secara
sendiri-sendiri). Kemudian para Sahabat di shaff kedua maju, dan
golongan yang berada di shaff pertama mundur ke belakang. Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam mengimami mereka (yang awal mulanya berada
di shaff kedua) lalu duduk (dan menunggu) hingga mereka merampungkan
satu raka’at (yang tertinggal). Kemudian beliau salam (beserta mereka)."
[3]
3. Dari Jabir bin 'Abdillah Radhiyallahu anhu, dia berkata, "Aku pernah
shalat khauf bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau
membariskan kami dalam dua shaff. Satu shaff di belakang Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sementara musuh berada di antara kami dan
kiblat. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bertakbir, lalu kami semua
bertakbir. Ketika beliau ruku', kami semua pun ruku', kemudian bangkit
dari ruku’, kami pun melakukannya besama-sama. Kemudian beliau dan shaff
terdepan menyungkur sujud. Sedangkan shaff terakhir tetap berdiri
menghadap musuh. Tatkala Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan shaff
terdepan selesai sujud lalu berdiri, shaff belakang pun sujud lalu
berdiri. Kemudian shaff belakang maju ke depan dan shaff yang di depan
mundur. Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam ruku', dan kami semua pun
ruku'. Dan ketika bangkit dari ruku’, kami pun bangkit bersama-sama.
Kemudian beliau dan shaff pertama yang sebelumnya pada raka’at pertama
berada di belakang, menyungkur sujud. Sementara shaff kedua berdiri
menghadap ke musuh. Saat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan
shaff di belakang beliau selesai sujud, shaff belakang pun menyungkur
sujud. Lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam salam, dan kemudian kami
pun salam bersama-sama."[4]
[Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz,https://www.facebook.com/aang.muttaqin, Oleh :ir aang zezen zainal muttaqin.SH.M.Ag,
_______
Footnote
[1]. Syarh Shahiih Muslim oleh an-Nawawi (VI/126).
[2]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih Muslim (I/573 no. 839)], ini adalah
lafazhnya, Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (II/429 no. 942), Sunan
Abu Dawud (‘Aunul Ma’buud) (IV/118 no. 1230), Sunan at-Tirmidzi (II/39
no. 561), dan Sunan an-Nasa-i (III/171).
[3]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih Muslim (I/575 no. 841)], Shahiih
al-Bukhari (Fat-hul Baari) (VII/422 no. 4131), dengan lafazh yang mirip.
Sunan an-Nasa-i (III/170), dan Sunan at-Tirmidzi (II/40 no. 562).
[4]. Shahih: [Lafazh Shahiih Muslim], Shahiih Sunan an-Nasa-i (no.
1456), Shahiih Muslim (I/574 no. 840), dan Sunan an-Nasa-i (III/175).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar