ZAKAT FITRAH. https://www.facebook.com/aang.muttaqin, Oleh :ir aang zezen zainal muttaqin.SH.M.Ag, Hukumnya
Mengeluarkan zakat fitrah, wajib hukumnya atas setiap muslim,
berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar radhiyallahu anhuma, ia berkata,
“Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mewajibkan zakat fitrah
sebesar satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum atas orang yang merdeka
dan budak, laki-laki dan perempuan, besar maupun kecil dari kaum
muslimin. Dan beliau memerintahkan agar dikeluarkan sebelum orang-orang
keluar menunaikan shalat (‘Idul Fithri).” [1]
Hikmah Zakat Fitrah
Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih
bagi orang yang berpuasa dari perkataan yang tak berguna dan kotor, dan
sebagai makanan bagi orang-orang miskin. Maka barangsiapa yang
mengeluarkannya sebelum shalat (‘Id), maka ia zakat yang diterima. Dan
barang-siapa yang mengeluarkannya setelah shalat, maka ia menjadi
se-ekah biasa.” [2]
Kepada Siapa Zakat Fitrah Itu Diwajibkan?
Zakat fitrah diwajibkan atas seorang muslim yang merdeka, yang memiliki
kelebihan dari bahan makanan pokok untuk diri dan keluarganya selama
sehari semalam, maka wajib baginya mengeluarkan zakat untuk dirinya dan
untuk orang-orang yang di bawah tanggung jawabnya, seperti isteri,
anak-anak, dan budaknya. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar
Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam memerintahkan untuk mengeluarkan zakat fitrah dari anak kecil dan
dewasa, orang merdeka, dan budak yang kalian beri nafkah.” [3]
Ukuran Zakat Fitrah
Setiap orang wajib mengeluarkan setengah sha’ dari qamh (gandum) atau
satu sha’ dari kurma atau kismis atau sya'ir (gandum), keju atau bahan
makanan yang lain yang semisal dengan yang tadi, seperti beras, jagung
dan yang lainnya yang termasuk makanan pokok.
Adapun tentang wajibnya mengeluarkan setengah sha’ dari qamh, maka
berdasarkan hadits ‘Urwah bin Zubair Radhiyallahu anhu, bahwasanya Asma’
binti Abi Bakar Radhiyalahu anhu mengeluarkan zakat pada masa
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk keluarganya -baik yang
merdeka ataupun budak -sebanyak dua mud hinthah (gandum) atau satu sha’
kurma dengan ukuran sha’ dan mud yang mereka biasa gunakan pada masa
itu. [4]
Sedangkan tentang wajibnya mengeluarkan satu sha’ dari bahan makanan
selain qamh (gandum), berdasarkan hadits Abu Sa’id al-Khudri
Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Kami selalu mengeluarkan zakat fitrah
sebanyak satu sha’ makanan atau satu sha’ sya'ir atau satu sha’ kurma
atau satu sha’ keju atau satu sha’ kismis.” [5]
Dan kebanyakan ulama melarang mengeluarkan harga dari zakat fitrah
tersebut, sedangkan Abu Hanifah membolehkan hal ini. Masalah ini
disebutkan oleh an-Nawawi di dalam kitab Syarah Shahiih Muslim (VII/60).
Saya (penulis) katakan, “Pendapat Abu Hanifah ini tidak bisa diterima,
karena Allah tidak akan pernah lupa, jika nilai harga dari zakat fitrah
bisa mencukupi, niscaya Allah dan Rasul-Nya akan menerangkan hal
tersebut. Dan wajib atas setiap muslim untuk memahami dalil sesuai
dengan zhahirnya, tanpa diubah dan di ta’wil.”
Waktu Mengeluarkannya
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam memerintahkan agar (zakat fitrah) dikeluarkan sebelum
orang-orang keluar menunaikan shalat (‘Idul Fithri).”[6]
Boleh menyerahkannya kepada amil zakat lebih cepat sehari atau dua hari
dari hari ‘Idul Fithri. Diriwayatkan dari Nafi’ ia berkata, “Ibnu ‘Umar
menyerahkan zakat fitrah kepada panitia zakat, kemudian mereka
membagikannya sehari atau dua hari sebelum hari ‘Idul Fithri.” [7]
Dan diharamkan mengakhirkan pengeluarannya dari waktunya dengan tanpa
ada alasan yang jelas. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu
anhuma, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mewajibkan
zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari perkataan
yang tak berguna dan kotor serta sebagai makanan bagi orang-orang
miskin. Sehingga barangsiapa yang mengeluarkannya sebelum shalat (‘Id),
maka ia zakat yang diterima. Dan barangsiapa yang mengeluarkannya
setelah shalat, ia menjadi sedekah biasa.” [8]
Orang yang Berhak Menerimanya
Zakat fitrah tidak boleh diberikan kecuali kepada orang miskin,
berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pada hadits
Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma, “Dan (zakat fitrah) sebagai makanan
bagi orang-orang miskin.” [9]
[Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz,
https://www.facebook.com/aang.muttaqin, Oleh :ir aang zezen zainal muttaqin.SH.M.Ag,
_______
Footnote
[1]. Muttafaq 'alaihi: Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (III/367, no.
1503), Shahiih Muslim (II/677, 679, 984, 986), Sunan at-Tirmidzi (II/92,
93, no. 670, 672), Sunan Abi Dawud (V/4, V/96, 1595), Sunan an-Nasa-i
(V/48), Sunan Ibni Majah (I/584, no. 1826) dan tidak ada padanya bagian
yang kedua dari hadits ini.
[2]. Hasan: [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 148)], Sunan Ibni Majah (I/585, no. 1827), Sunan Abi Dawud (V/3, no. 1594).
[3]. Shahih: [Irwaa-ul Ghaliil (no. 835)], ad-Daraquthni (II/141, no. 12), al-Bai-haqi (IV/161).
[4]. Ath-Thahawi (II/43) dan ini adalah lafazhnya.
[5]. Muttafaq ‘alaihi: Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (III/371, no.
1506), Shahiih Muslim (II/678, no. 985), Sunan at-Tirmidzi (II/91, no.
667), Sunan Abi Dawud (V/13, no. 1601), Sunan an-Nasa-i (V/51), Sunan
Ibni Majah (I/585, no. 1829).
[6]. Telah berlalu takhrijnya.
[7]. Shahih: Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (III/375, no. 1511).
[8]. Telah berlalu takhrijnya.
[9]. Telah berlalu takhrijnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar