Inilah seorang wanita yang mengajarkan kepada kaum pria untuk bersabar,
terutama terhadap kaum wanita, dan mengajarkan kepada mereka supaya
ridha dengan ketentuan Allah. Kita memohon kepada Allah, semoga para
wanita kita belajar bersabar ketika mengalami musibah yang menyedihkan,
agar melahirkan untuk kita tokoh-tokoh seperti Abu Bakar, ‘Umar,
‘Utsman, ‘Ali, Malik, Ahmad dan asy-Syafi’i.
Abul Faraj Ibnu al-Jauzi mengatakan bahwa al-Ashma’i berkata, “Aku dan
kawanku keluar menuju dusun, lalu kami tersesat jalan. Tiba-tiba kami
menjumpai gubuk di kanan jalan, lalu kami menuju ke sana dan mengucapkan
salam. Ternyata seorang wanita menjawab salam kami seraya bertanya,
‘Siapa kalian?’ Kami menjawab, ‘Kaum yang tersesat jalan. Kami datang
kepada kalian untuk mengunjungi kalian.’ Ia mengatakan, ‘Wahai kaum,
palingkan wajah kalian dariku hingga aku menyelesaikan apa yang menjadi
hak kalian.’ Kami pun melakukannya, lalu ia melemparkan kepada kami alas
tidur seraya mengatakan, ‘Duduklah di situ hingga puteraku datang.’
Kemudian dia melihat-lihat kedatangan puteranya hingga dia bisa
melihatnya seraya mengatakan, ‘Aku memohon kepada Allah keberkahan orang
yang datang. Unta itu adalah unta puteraku, sedangkan yang
menungganginya bukan puteraku.’ Ketika penunggang unta itu telah berdiri
di hadapannya, ia mengatakan, ‘Wahai Ummu ‘Uqail, semoga Allah
membesarkan pahalamu karena ‘Uqail.’ Dia bertanya, ‘Apakah puteraku
wafat?’ Ia menjawab, ‘Ya.’ Dia bertanya, ‘Apa penyebab kematiannya?’ Ia
menjawab, ‘Unta berdesak-desakan padanya lalu ia terlempar ke sumur.’
Dia mengatakan, ‘Turunlah, lalu penuhi hak bertamu kaum ini.’ Dia
menyerahkan seekor domba kepadanya, lalu ia menyembelih dan mengolahnya
serta menghidangkan makanan kepada kami. Kemudian kami makan dan kami
kagum dengan kesabarannya. Ketika kami selesai, dia keluar kepada kami
dalam keaadan tertutup hijab seraya mengatakan, ‘Wahai kaum, apakah di
antara kalian ada yang dapat membaca al-Qur-an dengan baik?’ Aku
menjawab, ‘Ya.’ Ia mengatakan, ‘Bacakan kepadaku dari Kitabullah
ayat-ayat yang aku menjadi terhibur dengannya.’ Aku mengatakan, ‘Allah
Azza wa Jalla berfirman:
".. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: ‘Innaa
lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun.’ Mereka itulah yang mendapatkan
keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb-nya, dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk.” [Al-Baqarah: 155-157]
Ia bertanya, ‘Apakah ayat-ayat ini dalam Kitabullah demikian?’ Aku
menjawab, ‘Ayat-ayat ini dalam Kitabullah demikian.’ Dia mengatakan,
‘Assalaamu ‘alaikum. Kemudian dia meluruskan kedua telapak kakinya dan
shalat dua rakaat, kemudian mengucapkan, ‘Innaa lillaahi wa innaa ilaihi
raaji’uun. Di sisi Allah mendapatkan ‘Uqail.’ Ia mengatakan demikian
tiga kali. Ya Allah, aku melakukan apa yang Engkau perintahkan kepadaku,
maka berikan kepadaku apa yang Engkau janjikan kepadaku.’” [1]
UMMU UMARAH SEORANG SHAHABIYAH MUJAHIDAH
Inilah Ummu ‘Umarah, seorang mujahidah yang membela Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan hidupnya. Membelanya karena agama,
membelanya dan cemas terhadapnya adalah lebih penting baginya daripada
dirinya sendiri. Di manakah kaum wanita sekarang jika di bandingkan
dengan wanita-wanita yang membeli akhirat dengan dunia? Kemauan wanita
pada zaman sekarang ini adalah membeli segala keinginan dan menikmati
kehidupan dunia berikut berbagai kelezatannya. Sementara dia tidak
menghiraukan perkara agama, bahkan di dalam rumahnya, bersama
anak-anaknya. Ya Allah, selamatkanlah… selamatkanlah.
Inilah Ummu ‘Umarah Nasibah binti Ka’ab bin ‘Auf, seorang Shahabiyah
mujahidah. Ia keluar di tengah pasukan kaum muslimin dalam perang Uhud
dan mendapatkan ujian yang baik. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah bersabda tentangnya: “Sungguh kedudukan Nasibah binti Ka’ab
pada hari ini lebih baik dibanding kedudukan fulan dan fulan.” [2]
Ia sebagai bintang perang umat Islam. Kemudian ia memalingkan wajahnya
dari mereka, ternyata pedang-padang kaum musyrikin menimpa mereka,
memenggal leher-leher mereka dan menikam punggung-punggung mereka. Maka
mereka bercerai berai dan mundur ke belakang. Dia pun pergi ke hadapan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia mencabut panah dan memukul
dengan pedang. Sedangkan di sekitarnya ada para tokoh seperti ‘Ali, Abu
Bakar, ‘Umar, Sa’ad, Thalhah, az-Zubair, al-'Abbas, kedua puteranya dan
suaminya. Ia tidak ingin bahaya mendekati Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam, sehingga ia menjadi bentengnya. Sampai-sampai Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidaklah aku melihat ke kanan dan ke kiri melainkan aku melihatnya berperang untuk membelaku.” [3]
Dari 'Umarah bin Ghazyah, ia mengatakan: “Ummu 'Umarah menuturkan, ‘Aku
melihat orang-orang pergi dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan tidak tersisa kecuali sekelompok orang yang kurang dari sepuluh
orang. Aku, anakku dan suamiku berada di depan Rasulullah untuk
melindungi beliau. Sementara orang-orang melewati beliau untuk melarikan
diri, dan beliau melihatku tidak memakai perisai. Ketika beliau melihat
orang yang melarikan diri sambil membawa perisai, maka beliau
mengatakan, ‘Lemparkan perisaimu untuk dipakai orang yang berperang.’ Ia
melemparkannya, lalu aku mengambilnya. Perisai tersebut aku pakai untuk
melindungi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Luka yang aku
dapatkan hanyalah dari orang-orang berkuda. Seandainya mereka berjalan
(tanpa tunggangan) seperti kami, niscaya kami dapat melukai mereka.
Insya Allah.
Ketika seseorang berkuda datang lalu menebasku, Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam berteriak, ‘Wahai putera Ummu 'Umarah! Ibumu! Ibumu!’ Lalu
puteraku membantuku menghadapi pria tersebut sehingga aku berhasil
membunuhnya.’” [4] Pada hari itu Ummu 'Umarah Radhiyallahu 'anha terluka
sebanyak 13 luka.
UMMUD DAHDAH : "JUAL BELIMU TELAH MENDAPAT KEUNTUNGAN"
Di antara wanita yang mengajarkan kepada kita dan mengajarkan
wanita-wanita kita agar yakin kepada Allah dan berinfak di jalan-Nya
adalah Ummud Dahdah. Mari kita dengar kisahnya bersama suaminya dan
ketaatannya kepadanya.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari 'Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu ‘anhu, ia menuturkan bahwa ketika turun ayat ini:
"Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah)…” [Al-Baqarah: 245]
Abud Dahdah al-Anshari bertanya, “Wahai Rasulullah, benarkah Allah
menginginkan pinjaman dari kami?” Beliau menjawab, “Ya.” Ia mengatakan,
“Perlihatkan tanganmu kepadaku, wahai Rasulullah.” Ketika beliau
mengulurkan tangannya kepadanya, ia mengatakan, “Sesungguhnya aku telah
meminjamkan kebun kepada Rabb-ku.” Ia mempunyai kebun yang di dalamnya
terdapat 600 pohon kurma, dan Ummud Dahdah beserta keluarganya berada di
dalamnya. Abud Dahdah datang dan memanggilnya, “Wahai Ummud Dahdah!” Ia
menjawab, “Aku penuhi panggilanmu.” Ia mengatakan, “Keluarlah, sebab
aku telah meminjamkannya kepada Rabb-ku Azza wa Jalla.” Dalam satu
riwayat bahwa Ummud Dahdah berkata kepadanya, “Jual belimu telah
mendapat keuntungan, wahai Abud Dahdah.” Lalu ia mengangkat darinya
perabot dan anak-anaknya, dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Alangkah banyaknya pohon kurma yang lebat di Surga milik Abud
Dahdah.” [5]
[Disalin dari kitab Isyratun Nisaa Minal Alif Ilal Yaa, Edisi Indonesia
Panduan Lengkap Nikah Dari A Sampai Z, Penulis Abu Hafsh Usamah bin
Kamal bin Abdir Razzaq, Penterjemah Ahmad Saikhu, Penerbit Pustaka Ibnu
Katsair]
__https://www.facebook.com/aang.muttaqin, Oleh :ir aang zezen zainal muttaqin.SH.M.Ag,________
Foote Note
[1]. 'Audatul Hijaab (II/549).
[2]. Ath-Thabaqaat (VIII/302); Siyar A’laamin Nubalaa' (II/978).
[3]. Ath-Thabaqaat (VIII/303).
[4]. Ath-Thabaqaat (VIII/302).
[5]. Penulis Majmaa’uz Zawaa-id (VI/320) mengatakan: “Diriwayatkan oleh al-Bazzar dan para perawinya tsiqat.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar