عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنْ الحَوْلاَءَ بِنْتِ تُوَيْتِ
مَرَّتْ بِهَا، وَعِنْدَهَا رَسُوْ لُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَمَ، فَقُلْتُ : هَذِهِ الحَوْلاَءُ بِنْتِ تُوَيْتِ، وَزَعَمُوْا
أَنَّهَا لاَ تَنَامُ الَّليْلَ، فَقَلَ رَسُوْ لُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَمَ : لاَ تَنَامُ الَّليلَ؟! خُذُوا مِنَ العَمَلِ مَا
تُطِيْقُوْنَ، فَوَا للَّه لاَ يَسْأَمُ اللَّهُ حَتَّى تَسْأَمُوْا.
“Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, bahwa Al-Haula binti Tuwaitin
melewatinya, sedangkan disisinya ada Rasulullah Shallallahu ‘alaiahi wa
sallam, lalu aku (Aisyah) berkata, ‘Ini adalah Al-Haula binti Tuwaitin,
mereka berkata bahwa dia tidak pernah tidur malam’. Maka Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Tidak pernah tidur malam?!”, Ambillah
dari perkerjaan menurut kemampuanmu. Demi Allah, Allah tidak merasa
bosan sehingga kamu merasa bosan” [1]
Wahai ukhti Muslimah !
Allah telah memberi kemudahan agama kepada kita dan tidak menjadikan
kita merasa keberatan atau pun kesulitan melaksanakannya serta
mengkaruniakan kita kenikmatan berupa kemudahan. FirmanNya.
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
“Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” [Al-Baqarah : 185]
Berangkat dari sini, maka engkau tidak boleh mempersulit dirimu sendiri
dalam beribadah kepada Rabb. Sebab orang yang mempersulit dirinya
sendiri dalam ibadah, berarti bertentangan dengan ruh Islam, yang
akhirnya cepat atau lambat hal itu akan menimbulkan kebosanan, jemu
ataupun tidak mampu melaksanakan lagi ibadah tersebut. Perhatikanlah
perkataan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
"Sesungguhnya agama itu mudah, dan sekali-kali seseorang tidak
mempersulit agama melainkan justru dia dikalahkan. Maka benarkanlah,
bersahajalah, berilah kabar gembira dan memohonlah pertolongan dengan
pergi pada waktu pagi dan sore serta sebagian dari akhir malam” [2]
Yang harus engkau lakukan wahai ukhti Muslimah, adalah memilih jalan
tengah dalam ibadah, tidak meremehkan dan tidak berlebih-lebihan. Karena
Allah tidak membebani kamu agar kamu mempersulit dirimu sendiri dalam
melaksanakan apa yang Dia tuntut darimu, atau agar engkau
melaksanakannya. Contohnya, engkau berbuat secara berlebih-lebihan dalam
melaksanakan shalat sunat. Hal in lama kelamaan hanya akan menimbulkan
rasa jemu atau bosan atau akhirnya sama sekali tidak mampu melaksanakan
kewajiban-kewajiban agama dan dunia.
Wahai ukhti Muslimah !
Islam menuntut agar kita berbuat untuk kepentingan akhirat selagi di
dunia dan tidak meremehkan urusan dunia yang tampaknya tidak berbobot.
Allah Ta’ala telah berfirman.
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
“Dan, carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah keadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari
(kenikmatan) duniawi” [Al-Qashash : 77]
Perhatikanlah kisah berikut ini yang pernah terjadi pada masa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Anas bin Malik berkata : “Ada tiga orang
datang ke rumah istri-istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya
tentang ibadah beliau. Tatkala mereka sudah diberi tahu, seakan-akan
mereka menganggap sedikit ibadah beliau. Mereka berkata, ‘Dimanakah kita
bila dibandingkan dengan nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal
dosanya yang akan datang dan yang lalu telah diampuni’. Salah seorang
diantara mereka berkata, ‘Sedangkan aku shalat malam terus menerus’.
Yang lain berkata, Aku berpuasa sepanjang masa dan tidak pernah
berbuka’. Sedangkan yang lain lagi berkata, ‘Aku menjauhi wanita dan
tidak menikah selama-lamanya’. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam seraya berkata : ‘Kamukah orang-orang yang berkata begini dan
begini? Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut
kepada Allah dan yang paling bertakwa kepadaNya di antara kamu, tetapi
aku berpuasa dan juga berbuka, shalat (malam) dan juga tidur serta
menikahi wanita. Maka barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka dia
tidak termasuk goloanganku” [3]
Wahai Ukhti Muslimah !
Inilah manhaj Islam yang mengambil jalan tengah, tidak meremehkan dan
tidak pula berlebih-lebihan. Perhatikanlah baik-baik dalam wasiat ini,
bahwa Al-Haula’ adalah seorang wanita shalihah. Dia mengira bahwa
tatkala dia melatih dirinya dalam ketaatan kepada Allah, ternyata dia
telah melakukan urusan yang besar. Dia tidak tidur malam atau tidur
hanya sebentar pada siang hari, kemudian jika datang waktu malam, dia
bangun dan shalat hingga fajar menyingsing. Dia tidak pernah berpikir
bahwa justru hal itu bertentangan dengan petunjuk Islam yang
memerintahkan mengambil jalan tengah dan tidak melampaui batas.
Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang, dan Aisyah berkata,
“Inilah Al-Haula, Orang-orang berkata bahwa dia tidak pernah tidur
malam” Beliau merasa heran dengan perbuatan ini, lalu berkata dengan
kaget, “Tidak tidur malam?’. Kemudian beliau menuntunnya kepada kebaikan
dan keberuntungan dengan cara mengambil jalan tengah dalam ketaatan.
[Disalin dari kitab Al-Khamsuna Wasyiyyah Min Washaya Ar-Rasul
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Lin Nisa, Edisi Indonesia Lima Puluh
Wasiat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Bagi Wanita, Pengarang
Majdi As-Sayyid Ibrahim, Penerjemah Kathur Suhardi, Terbitan Pustaka
Al-Kautsar]
___https://www.facebook.com/aang.muttaqin, Oleh :ir aang zezen zainal muttaqin.SH.M.Ag,____
Footnote
[1]. Hadits shahih, ditakhrij Ahmad 6/247, Muslim 6/73, Ath-Thabrany, hadits nomor 564 di dalam Al-Kabir.
[2]. Diriwayatkan Al-Bukhary 1/16, An-Nasa’i 8/122 Ahmad 5/69.
[3]. Diriwayatkan Al-Bukhary 7/2, Muslim 9/175-1176
Tidak ada komentar:
Posting Komentar