عَنْ أَبِى بَكْرٍ بْنِ سُلَيْمَانَ القُرْسِى قَالَ: إِنَّ رَجُلاً مِنْ
الأَنْصَارِ خَرَجَتْ بِهِ نَمْلَةٌ، فَدُلَّ أَنَّ الشِّفَاءَ بِنْتِ
عَبْدِ اللَّهِ تَرْقِيْ مِنَ النَّمْلَةِن فَجَاءَهَا فَسَأَلَهَا أَنْْ
تَرْقِيْهِ، فَقَالَتْ : وَاللَّهِ مَارَقَيْتُ مُنْدُ أَسْلَمْتُ،
فَذَهَبَ الأَنْصَارِى إِلَى رَسُوْلِِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ بِالَّذِى قَالَتْ الِشِّفَاءُ، فَدَعَا رَسُوْلِِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الشِّفَاءَ، فَقَالَ :
اَعْرِضَى عَلَيَّ. فَعَرَ ضَتْهَا فَقَالَ : اِرْقِيْهِ، وَعَلِّمِيْهَا
حَفْصَةَ كَمَا عَلِّمْتِيْهَا الكِتَابَ، وَفِى رِوَايَةِ : الك
"Dari Abu Bakar bin Sulaiman Al-Qursyi, dia berkata.'Sesungguhnya ada
seorang laki-laki dalam kalangan Anshar yang mempunyai bisul. Lalu
ditunjukkan bahwa Asy-Syifa' binti Abdullah dapat mengobati bisul dengan
ruqyah. Maka laki-laki Anshar itu mendatanginya lalu meminta agar dia
mengobatinya lalu meminta agar dia mengobatinya dengan ruqyah.
Asy-Syifa' berkata kata.'Demi Allah, aku tidak lagi mengobati dengan
ruqyah sejak aku masuk Islam'. Lalu laki-laki Anshar itu pergi menemui
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan mengabarkan kepada beliau tentang
apa yang dikatakan Asy-Syifa'. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam memanggil Asy-Syifa, seraya berkata. 'Perlihatkanlah (ruqyah itu)
kepadaku !'. Maka dia pun memperlihatkannya. Lalu beliau berkata.
'Obatilah dia dengan ruqyah, dan ajarkanlah ia kepada Hafshah
sebagaimana engkau mengajarkan Al-Kitab kepadanya'. Dalam suatu riwayat
disebutkan :'Mengajari menulis". [1]
Wahai Ukhti Muslimah !
Wasiat Nabawi ini mencakup dua bagian.
1. Pembahasan tentang pengobatan dengan menggunakan ruqyah. Masalah ini
sudah kami kemukakan dalam salah satu dari wasiat-wasiat beliau
terdahulu.
2. Pengajaran tentang pengobatan dan menulis bagi para wanita.
Wahai Ukhti Muslimah !
Islam adalah agama persamaan, yang mempersamakan antara laki-laki dan
wanita dalam masalah pahala dan siksa. Islam menganjurkan laki-laki dan
wanita agar memikirkan ciptaan Allah dan berusaha untuk mendapatkan
keridhaan-Nya.
Berangkat dari penjelasan ini, maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
mewasiatkan Asy-Syifa' agar mengajarkan ruqyah kepada Ummul Mukminin,
Hafshah, setelah dia mengajarinya cara menulis.
Jadi, wanita juga harus belajar, mendatangai majlis-majlis ilmu dan
bertanya kepada orang-orang yang berilmu tentang segala hal yang hendak
diketahuinya, berupa urusan-urusan agamanya, jika sang suami tidak
memiliki pengetahuan tentang hal itu. Tetapi yang dimaksudkan disini
bukan sekedar ilmu yang diakhiri dengan memperoleh ijazah agar bisa
mendapatkan perkerjaan. tetapi yang dimaksudkan ilmu di sini adalah apa
yang terkandung di dalam Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.
Karena bagaimana mungkin engkau akan merasa puas jika engkau hanya
menguasai ilmu yang berkaitan dengan urusan dunia, tetapi engkau tidak
tahu urusan akhirat ? Atau bagaimana mungkin engkau berusaha untuk
mendapatkan ilmu dunia, sementara engkau juga melakukan hal-hal yang
membuat Allah marah, seperti ber-tabarruj, membuka aurat dan
mementingkan hawa nafsu ?
Memang benar, para orang tua tidak bisa mencegah anak-anak putrinya
untuk mencari ilmu. Tetapi bagaimana mungkin seorang ayah membiarkan
anak putrinya pergi mencari ilmu, sedangkan dia tidak shalat, tidak
pernah membaca Al-Qur'an dan bahkan tidak tahu hukum-hukum yang mestinya
diketahui oleh wanita secara khusus dari urusan-urusan agamanya ? Islam
telah mengajarkan kepada kita bahwa mencari ilmu karena Allah,
merupakan gambaran ketakutan, mencari ilmu adalah ibadah, mengkajinya
adalah tasbih, menganalisisnya adalah jihad, mengajarkannya kepada
orang-orang yang tidak tahu adalah shadaqah, membiayai orang yang
mencari ilmu adalah qurbah, dan ilmu merupakan pendamping tatkala
sendirian, dalil atas agama, Allah mengangkat suatu kaum karenanya,
menjadikannya sebagai bukti dalam kebaikan dan dengan ilmu pula ibadah
kepada Allah bisa menjadi sempurna, yang halal dan yang haram pun bisa
diketahui.
Begitulah agama kita mengangkat kedudukan ilmu dan orang yang berilmu,
menganjurkan laki-laki dan wanita untuk mencarinya. Tetapi bagaimana
mungkin engkau berusaha mati-matian mendalami ilmu yang bisa mendukung
kesuksesanmu di dunia, seperti ilmu arsitektur, kedokteran dan ilmu ilmu
lain, namun engkau melalaikan hal-hal yang memasukanmu ke sorga dan
menjauhkanmu dari neraka .?
Dengan cara melakukan instropeksi, engkau bisa bertanya kepada diri
sendiri : Sejauh mana hukum-hukum dan ilmu agama yang engkau ketahui.
Jika engkau mendapatkan kebaikan disana, maka pujilah Allah, karena ini
berasal dari karunia dan taufiq-Nya kepadamu. Dan, jika engkau
mendapatkan selain itu, maka memohonlah ampun kepada Allah, kembalilah
kepada-Nya dan carilah bekal dengan ilmu agamamu. Karena hal yang paling
baik ialah mendalami agamamu, dan penderitaan adalah bagi orang-orang
yang terpedaya oleh hal-hal yang tampak gemerlap dari ilmu-ilmu dunia,
namun dia tidak memperdulikan ilmu akhirat. Firman Allah tentang hal
ini.
وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ
"Dan, barangsiapa berpaling dari pengetahuanku, maka sesungguhnya
baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpun-nya pada hari
kiamat dalam keadaan buta". [Thaha : 124]
Begitulah wasiat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang
menganjurkan para wanita agar berusaha mencari ilmu dan mendapatkannya.
[Disalin dari kitab Al-Khamsuna Wasyiyyah Min Washaya Ar-Rasul
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Lin Nisa, Edisi Indonesia Lima Puluh
Wasiat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Bagi Wanita, Pengarang
Majdi As-Sayyid Ibrahim, Penerjemah Kathur Suhardi, Terbitan Pustaka
Al-Kautsar]
___https://www.facebook.com/aang.muttaqin, Oleh :ir aang zezen zainal muttaqin.SH.M.Ag, ____
Footnote
[1] Hadits shahih, ditakhrij Al-Hakim 4/56-57, menurutnya, ini adalah
hadits shahih menurut syarat Asy-Syaikhani. Yang serupa dengan ini juga
ditakhrij dari jalan lain oleh Abu Dawud, hadits nomor 3887, Ahmad 6/372
Tidak ada komentar:
Posting Komentar