عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ : قَالَ رَسُوْ لُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ : يَاعَائِشَةُ إِيَّاكَ وَمُحَقَّرَاتِ
الأعْمَالِ (وَفِى رِوَايَةِ : الذُنُوْبِ) فَإِنَّ لَهَا مِنَ اللَّهِ
طَالِبًا
“Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, dia berkata, ‘Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata, ‘Wahai Aisyah, hindarilah olehmu amal-amal
yang remeh (dan dalam satu lafazh disebutkan dosa-dosa). Karena ada yang
akan menuntut dari Allah terhadap amal-amal itu” [1]
Wahai Ukhti Muslimah !
Ini merupakan wasiat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada
Ummul Mukminin, Aisyah. Ini merupakan wasiat yang amat berharga dan
berbobot, yaitu berupa peringatan tentang hal yang seringkali dilalaikan
banyak orang, yaitu dosa-dosa kecil. Setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam wafat, Anas berkata, “Sungguh kamu sekalian sudah mengetahui
berbagai amal yang menurut pandangan itu lebih lembut dari sehelai
rambut. Apabila kami menyebutnya pada masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah ‘al-mubiqat (perbuatan durhaka)”. Artinya adalah hal-hal
yang merusak menurut Al-Bukhary.
Perhatikanlah wahai ukhi mukminah ! Kalau yang dikatakan Anas seperti
itu pada masa sahabat dan tabi’in, lalu bagaimana andaikata Anas melihat
kondisi orang-orang pada masa sekarang? Tentu seorang mukmin akan
merasa menyesal dan sedih menyaksikan para pemeluk Islam yang meremehkan
hak-hak Allah, dan tidak ada yang dia katakan kecuali ucapan : Alangkah
menyesalnya wahai hamba Allah.
Perhatikan Ummu Darda’ yang berkata, “Pada suatu hari Abu Darda masuk
(rumah) sambil marah-marah. Maka Ummu Darda bertanya, Ada apa engkau
ini?”
Abu Darda menjawab, “Demi Allah, aku tidak melihat sedikit pun dari
urusan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallm di antara mereka, melainkan
mereka shalat semuanya” [2]
Lalu apa yang bakal diucapkan Abu Darda andaikata dia melihat kehidupan orang-orang pada masa sekarang?
Wanita mukminah yang lurus dalam keimanannya tidak akan memandang
kedurhakaan yang terjadi didepannya, lalu dia berkata tanpa menaruh
perhatian, “itu hanya dosa kecil dan remeh”. Tetapi dia harus takut
terhadap siksa Allah, menangis karena takut terhadap penderitaan api
neraka dan merasa rugi andaikata dia terhalang untuk masuk surga.
Dulu, ada seorang zahid, Bilal bin Sa’d yang berkata, “Janganlah engkau
melihat kepada kecilnya kesalahan. Tetapi lihatlah siapa yang engkau
durhakai” [3]
Wanita mukminah yang lurus selalu merasa khawatir terhadap dirinya dan
takut kepada siksa Allah. Maka dari itu dia selalu berada dalam ketaatan
kepada Allah dan melaksanakan kebaikan.
Abu Ja’afr As-Sa’ih rahimahullah juga berkata, “Ada khabar yang sampai
kepada kami, bahwa seorang wanita ahli ibadah yang selalu aktif
melaksanakan shalat-shalat sunat, berkata kepada suaminya, “Celakalah
engkau, bangunlah! Sampai kapan engkau tidur saja? Sampai kapan engkau
selalu dalam keadaan lalai? Aku akan bersumpah demi engkau, janganlah
mencari penghidupan kecuali dengan cara halal. Aku akan bersumpah demi
engkau, janganlah masuk neraka hanya karena diriku. Cobalah berbuat baik
kepada ibumu, sambunglah tali persaudaraan, janganlah memutus mereka
sehingga Allah akan memutus dirimu”[4]
Begitulah yang dilakukan seorang wanita muslimah yang bertakwa dan
merupakan ahli ibadah. Dia menolong suaminya kepada kepentingan urusan
dunia dan akhirat.
Sedangkan pada zaman sekarang, kita melihat wanita-wanita muslimah tidak
memerhatikan dosa-dosa kecil, kecuali orang yang dirahmati Allah.
Bahkan akhirnya mereka berani mengerjakan dosa besar secara
terang-terangan pada siang hari, tidak takut kemarahan Yang
Mahapenguasa. Tadinya mereka meremehkan dosa. Dia tidak sadar bahwa bila
seseorang sudah meremehkan suatu dosa, maka Alllah akan memperbesar
dosa itu. Sehingga tidak cukup sampai di situ saja, sampai akhirnya dia
terpuruk dalam dosa besar. Padahal awal mulanya berangkat dari dosa
kecil. Sungguh benar perkataan seorang penyair.
“Segala kejadian berawal dari pandangan
kobaran api berasal dari keburukan yang kecil
Berapa banyak pandangan yang merusak sang pelaku
bagaikan rusaknya anak panah tanpa busur dan tali”
Maka wanita muslimah harus menjauhi dosa-dosa kecil, apalagi dosa-dosa
besar. Selagi mereka mau meninggalkan dosa besar, taubat dar dosa-dosa
kecil, beristighfar, menyesalinya dan mengakui bahwa meskipun
kedurhakaan itu kecil, toh itu merupakan hak Allah, Pencipta langit dan
bumi, yang memiliki keutamaan dalam segala sesuatu. Dengan adanya
penyesalan dan pengakuan ini, maka sesungguhnya Allah itu Maha luas
maghfirah dan rahmatNya, Dia pasti akan mengampuni. FirmanNya.
إِن تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُم مُّدْخَلًا كَرِيمًا
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang
kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu
(dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia
(surga)” [An-Nisa : 31]
Allah juga berfirman.
وَالَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَإِذَا مَا غَضِبُوا هُمْ يَغْفِرُونَ
“Dan, (bagi) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan
keji, dan apabila mereka marah mereka memberi ma’af” [Asy-Syura : 37]
الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ ۚ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ
“(Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang
selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Rabb-mu Mahaluas
ampunanNya” [An-Najm : 32]
Akhirnya sebelum meninggalkan wasiat yang sangat berharga ini, boleh
jadi engkau bertanya-tanya seraya berkata, “Bukankah dosa-dosa kecil itu
diampuni sebagaimana diampuninya kedurhakaan yang lain?
Kami tidak bisa mengatakan kecuali bahwa Allah itu sangat besar
maghfirahNya, Mahaluas rahmatNya, mengampuni siapapun yang
dikehendakiNya. Tetapi hendaklah engkau ketahui, andaikata dosa-dosa
kecil itu berkumpul pada diri seseorang, tentu ia akan membinasakannya
dan memasukkannya ke neraka. Kita berlindung kepada Allah dari hal itu.
Para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengira seperti
yang engkau kira. Lalu beliau hendak menjelaskan kepada mereka bahayanya
masalah ini dan besarnya urusan ini. Maka beliau berkata seperti yang
diriwayatkan Sahl bin Sa’d Radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau berkata :
“Jauhilah olehmu sekalin dosa-dosa kecil. Karena perumpamaan dosa-dosa
kecil itu laksana sekumpulan orang yang singgah di tengah lembah. Yang
ini datang sambil membawa dahan, dan yang ini datang sambil membawa
dahan, yang ini datang membawa dahan, lalu mereka memasak rotinya.
Sesungguhnya dosa-dosa kecil itu perbuatan durhaka" [5]
[Disalin dari kitab Al-Khamsuna Wasyiyyah Min Washaya Ar-Rasul
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Lin Nisa, Edisi Indonesia Lima Puluh
Wasiat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Bagi Wanita, Pengarang
Majdi As-Sayyid Ibrahim, Penerjemah Kathur Suhardi, Terbitan Pustaka
Al-Kautsar]
___https://www.facebook.com/aang.muttaqin, Oleh :ir aang zezen zainal muttaqin.SH.M.Ag,_____
Footenote
[1]. Isnadnya Shahih, ditakhrij Ibnu Majah, Ahmad, Ad-Darimy, Ibnu Hibban dan Al-Qaha’y dalam Musnadusy-Syihab.
Perkataan muhaqqarat, artinya hal-hal yang remeh. Muhaqqarat al-a’mal
artinya perbuatan yang dilakukan seseorang dan dia tidak terlalu
mempedulikannnya. Menurut Ibnu Bathal, apabila dosa-dosa yang kecil itu
semakin banyak, maka ia menjadi dosa besar apabila dikerjakan terus
menerus.
[2]. Ditakhrij Al-Bukhary 8/128
[3]. Az-Zuhd, Ahmad hal. 460. Hilyatulk\ Auliya’, Abu Nu’aim 5/223
[4]. Disebutkan Ibnul Jauzy dalam Shifatush Shafwah 4/437
[5] Isnadnya Shahih, ditakhrij Ahmad, Ath-Thabrany dalam Al-Kabir dan Ash-Shagir 2/49
Tidak ada komentar:
Posting Komentar