BERAKHLAK BAIK DAN PENTINGNYA BAGI PENUNTUT ILMUhttps://www.facebook.com/aang.muttaqin, Oleh :ir aang zezen zainal muttaqin.SH.M.Ag .Bagian Terakhir dari Empat Tulisan 4/4
Dan pada kesempatan ini saya ingin untuk mengingatkan atas suatu masalah
yang dilakukan oleh banyak manusia dengan maksud berbuat baik. Yaitu
suatu kejadian menimpa seseorang lalu orang lain meninggal
disebabkannya. Maka datanglah keluarga terbunuh lalu meminta tebusan
(sebagai pengganti hukuman mati) terhadap pelaku, maka apakah
perbuatannya itu terpuji dan dianggap sebagai sikap berakhlak baik ?
atau apakah dalam masalah ini ada perinciannya ? Ya benar, yang demikian
itu ada perinciannya.
Kita harus memerhatikan dan memikirkan terhadap pelaku kejadian ini,
apakah dia dari kalangan orang yang sudah dikenal dengan sikapnya yang
ngawur atau tidak hati-hati ? ataukah dia dari orang yang berkata : aku
tidak peduli menubruk seseorang, karena uang diyatnya (tebusannya) ada
dilaci. Kita berlindung diri kepada Allah dari yang demikian itu.
Ataukah ia termasuk dari kalangan orang yang tertimpa kejahatan bersama
dengan sikapnya yang hati-hati dan sadar, akan tetapi Allah telah
mentaqdirkannya ? Jawabannya adalah : Kalau orang ini dari bentuk yang
kedua maka memaafkan adalah lebih utama, akan tetapi sebelum memaafkan
(walaupun dalam bentuk yang kedua) wajib kita lihat apakah mayit
meninggalkan hutang atau tidak ? jika meninggalkan hutang yang belum
terbayar maka kita tidak mungkin memaafkannya".
Dan kalau kita memberikan maaf, maka pemberian maaf kita tidak dianggap.
Dan masalah ini barangkali lalai darinya kebanyakan manusia, mengapa
kita mengatakan bahwa sebelum memaafkan wajib kita melihat apakah mayit
mempunyai hutang atau tidak ? Mengapa kita mengatakan yang demikian ?
Karena para ahli waris menerima baik tebusan dari mana ? dari mayit yang
ditimpa kejadian, dan tidaklah hak menerima tebusan kecuali sesudah
hutang mayit dibayar. Oleh karena itu tatkala Allah menyebutkan tentang
warisan Dia berfirman :
"Artinya : (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat" [An Nisa : 11]
Permasalahan ini tersembunyi atas sebagian manusia, oleh karena itu kami
berkata : "Jika terjadi kejadian atas seseorang , maka sebelum
memaafkan pelaku kita ihat dulu keadaan pelaku perbuatan terlebih
dahulu, apakah termasuk orang-orang yang ceroboh atau bukan ? dan kita
melihat keadaan korban, apakah ia mempunyai hutang atau tidak ? Intinya :
bahwa termasuk berakhlak baik adalah memaafkan manusia, dan ini
termasuk sikap mendermakan kedermawanan, karena mendermakan kedermawanan
itu bisa dengan cara memaafkan atau menjatuhkan hukuman atau
menggugurkan hukum.
Ketiga : WAJAH BERSERI-SERI [Tholaaqotu Al-Wajhi]
Yaitu seseorang berwajah ceria, dan kebalikan berwajah ceria adalah
bermasam muka, oleh karena itu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda :
"Artinya : Janganlah meremehkan sesuatu kebaikan walaupun engkau
berjumpa dengan saudaramu dengan wajah berseri-seri" [Hadits riwayat
Muslim]
Berwajah ceria akan memasukkan rasa senang pada orang yang engkau jumpai
dan orang yang berhadapan denganmu, mendatangkan rasa kasih sayang dan
cinta, mendatangkan kelapangan dalam hati, bahkan mendatangkan rasa
lapang dada bagimu dan orang-orang yang bertemu denganmu – cobalah
niscaya akan kamu dapatkan ! - . Akan tetapi jika engkau bermuka masam,
maka orang lain akan lari darimu, mereka akan merasakan ketidaksukaan
untuk duduk denganmu serta berbicara denganmu. Dan boleh jadi kamu akan
ditimpa penyakit yang berbahaya yaitu yang dinamakan dengan tekanan
(batin). Karena berwajah ceria adalah obat yang mencegah dari penyakit
ini, yaitu penyakit tekanan (batin). Oleh karena itu para dokter
menasehati orang yang ditimpa penyakit ini untuk menjauhi dari hal-hal
yang membangkitkan rasa marah. Karena hal itu akan menambah
penderitaannya, maka berwajah ceria akan memusnahkan penyakit ini,
karena manusia akan merasakan lapang dada dan dicintai mahluk.
Ini adalah tiga dasar, di mana pada tiga hal inilah berkisar sikap berakhlak baik dalam bermuamalah dengan mahluk.
Dan dari hal yang sepatutnya diketahui dalam berakhlak baik adalah
bergaul dengan baik. Yaitu dengan cara seseorang bergaul dengan
temannya, sahabatnya, karib kerabatnya dengan pergaulan yang baik, tidak
membikin kesusahan dan kepedihan mereka, tetapi mendatangkan rasa
gembira sesuai dengan batasan-batasan syariat Allah. Dan batasan ini
haruslah batasan yang berdasarkan syariat Allah, karena diantara manusia
ada orang yang tidak gembira kecuali dengan perbuatan maksiat kepada
Allah, (kita berlindung kepada Allah dari yang demikian itu), yang
demikian tidak kita setujui. Akan tetapi memasukkan rasa senang kepada
orang yang berhubungan denganmu dari kalangan keluarga, teman, karit
kerabat adalah termasuk berakhlak baik, oleh karena itu Nabi bersabda :
"Artinya : Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada
keluarganya, dan aku (terhadap) keluargaku adalah orang yang terbaik
diantara kalian”. [Hadits riwayat Ahmad, Ibnu Majah, dan Baihaqi]
Dan sangat disayangkan banyak diantara manusia berakhlak baik kepada
orang lain, akan tetapi mereka tidak berakhlak baik kepada keluarganya,
ini salah dan membalikkan hak-hak, bagaimana mungkin kamu berbuat baik
kepada orang-orang jauh dan berbuat jelek kepada kerabat dekat ? karib
kerabat adalah manusia yang paling berhak kamu berhubungan dan bergaul
dengan baik. Oleh karena itu bertanya seorang lelaki kepada Rasulullah :
"Artinya : Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berhak aku
berbuat baik padanya ? Rasulullah menjawab : Ibumu, lalu ia bertanya
lagi : lalu siapa ya Rasulullah ? Beliau menjawab : Ibumu, lalu lelaki
itu bertanya lagi : lalu siapa ya Rasulullah ? Beliau menjawab :
ayahmu”. [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]
Intinya : bahwasanya bergaul dengan baik kepada keluarga dan
sahabat-sahabat, karib kerabat, semua itu adalah termasuk berakhlak
baik.
Dan sepatutnya kita di tempat ini (tempat Syaikh Utsaimin menyampaikan
ceramah) menampakkan keberadaan pemuda dimana kita membiasakan mereka
berakhlak baik, agar tempat ini menjadi tempat pendidikan dan
pengajaran, karena ilmu tanpa tarbiyah (mendidik) terkadang mudharatnya
(akibat jeleknya) lebih besar dari manfaatnya, akan tetapi bersama
dengan mendidik ilmu akan mengantarkan kepada hasil yang diinginkan.
Oleh Karena itu Allah berfirman
"Artinya : Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan
kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada
manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah
Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang
rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu
tetap mempelajarinya" [Ali Imran : 79]
Ini adalah faedah ilmu, yaitu manusia menjadi Rabbaniyyin artinya mendidik hamba-hamba Allah di atas syariat Allah.
Dan tempat ini kami mengharapkan kepada pendirinya untuk menjadikannya
sebagai tempat berlomba-lomba dalam berakhlak utama diantaranya
berakhlak baik. Dan berakhlak baik bisa terjadi karena memang sudah
tabiatnya atau karena usaha untuk berakhlak baik (sebagaimana penjelasan
lalu). Dan berakhlak baik karena memang sudah menjadi tabiat adalah
lebih sempurna dari berakhlak baik karena usaha untuk berakhlak baik.
Dan kami telah mendatangkan dalil tentang hal ini yaitu sabda
Rasulullah.
"Artinya : Itu telah Allah ciptakan untukmu"
Dan berakhlak baik yang dihasilkan dari usaha untuk itu kadang-kadang
banyak hal terlewatkan, karena berakhlak baik dengan membuat-buat
membutuhkan latihan, menahan dan mengingat ketika mendapatkan hal yang
membikin marah dari manusia. Oleh karena datang seorang lelaki berkata
kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
"Artinya : Wahai Rasulullah, berikan aku wasiat, Rasulullah bersabda : janganlah kamu marah"
Dan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Bukanlah orang yang kuat itu pegulat, tetapi yang dinamakan
orang kuat itu adalah orang yang mampu menguasai dirinya ketika marah”
[Hadits riwayat Bukhari dan Muslim]
Apakah makna “sor’ah”? “sor’ah” adalah seorang lelaki pegulat yang mengalahkan lawannya.
Bukanlah orang yang kuat itu pegulat, tetapi yang dinamakan orang kuat
itu adalah orang yang mampu menguasai dirinya ketika marah, yaitu orang
yang bergulat dengan jiwanya dan menguasainya ketika marah itulah orang
yang kuat.
Dan penguasaan manusia terhadap jiwanya dianggap termasuk dari
akhlak-akhlak yang baik. Jika kamu marah maka janganlah meneruskan
kemarahanmu, (tetapi) berlindunglah kepada Allah dari syaitan yang
terkutuk. Jika kamu marah (dalam keadaan berdiri) maka duduklah, dan
ketika kamu marah dalam posisi duduk maka berbaringlah, dan jika rasa
marah bertambah maka berwudhulah hingga hilang darimu rasa marah.
Maksudnya kami mengatakan : Bahwa berakhlak baik itu terjadi secara
tabiat dan upaya untuk berakhlak baik. Dan berakhlak baik yang
dihasilkan dari tabiat adalah lebih utama ; karena sudah menjadi suatu
perangai pada manusia dan ia akan mudah dalam segala keadaan (untuk
berakhlak baik). Akan tetapi berakhlak baik yang dihasilkan dari upaya
terkadang terlewatkan dalam beberapa kondisi.
Demikianlah kami katakan bahwa berakhlak baik dapat diperoleh dengan
berusaha, artinya seseorang membiasakan dirinya. Lalu bagaimanakah
manusia dapat berakhlak baik ? manusia dapat berakhlak baik dengan
hal-hal berikut ini:
Pertama :
Dengan melihat dalam Al Qur’an dan hadits Rasulullah, melihat
dalil-dalil yang menunjukkan terpujinya akhlak yang agung ini. Dan
seorang yang beriman jika melihat nash-nash yang memuji tentang akhlak
atau
Kedua :
Duduk dengan orang-orang yang baik dan shalih yang dipercaya dalam
keilmuan mereka atau amanat mereka, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda :
"Artinya : Permisalan teman duduk yang baik dan buruk adalah seperti
penjual minyak wangi dan pandai besi, penjual minyak wangi tidak akan
melukaimu, mungkin engkau membelinya atau engkau mendapatkan baunya.
Sedangkan pandai besi akan membakar badanmu atau pakaianmu, atau engkau
akan mendapatkan bau yang tidak sedap”. [Hadits riwayat Bukhari]
Maka wajib bagimu wahai pemuda, untuk berteman dengan orang-orang yang
sudah dikenal berakhlak baik dan menjauh dari akhlak yang jelek dan
perbuatan yang hina, hingga engkau mengambil dari teman itu "madrasah"
darinya engkau mendapatkan pertolongan untuk berakhlak baik.https://www.facebook.com/aang.muttaqin, Oleh :ir aang zezen zainal muttaqin.SH.M.Ag
Ketiga :
Hendaknya seseorang memperhatikan apa yang diakibatkan oleh akhlak yang
buruk, karena akhlak yang buruk dibenci, dan buruk akhlak itu dijauhi,
dan buruk akhlak itu disifati dengan sifat yang jelek.
Maka jika seseorang mengetahui bahwa berakhlak buruk itu mengantarkan kepada hal ini, maka hendaknya ia menjauhinya.
Kita memohon kepada Allah agar Dia menjadikan kita termasuk orang-orang
yang berpegang kepada kitab Allah dan Sunnah Rasuk-Nya baik secara
dhahir maupun batin dan mewafatkan kita dalam keadaan yang demikian ini
dan melindungi kita didunia akhirat. Dan (melindungi) hati kita dari
ketergelinciran sesudah Dia memberi petunjuk kepada kita dan memberikan
kepada kita rahmat-Nya, sesungguhnya Dia Maha Pemberi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar