BERAKHLAK BAIK DAN PENTINGNYA BAGI PENUNTUT ILMU.https://www.facebook.com/aang.muttaqin, Oleh :ir aang zezen zainal muttaqin.SH.M.Ag,Bagina Kedua dari Empat Tulisan 2/4
KEDUA : MENERIMA HUKUM-HUKUM ALLAH DENGAN BENTUK MENGAMALKANNYA
Sesungguhnya berakhlak baik dalam bermuamalah dengan Allah dalam hal
yang berkaitan dengan hukum-hukumNya adalah (dengan cara) menerima,
mengamalkan dan merealisasikannya, serta tidak menolak sedikitpun
hukum-hukum Allah. Jika seseorang mengingkari suatu hukum Allah, maka
tindakan ini adalah (termasuk) berakhlak buruk kepada Allah.
Kami akan memberikan permisalan tentang puasa. Tidak diragukan lagi
bahwa puasa adalah (amalan) yang berat bagi manusia, karena dalam ibadah
puasa seseorang (harus) meninggalkan hal-hal yang diingini, seperti
makanan, minuman, dan jima’. (Dan) Ini adalah suatu perkara yang berat.
Akan tetapi seorang yang beriman, ia akan berakhlak baik kepada Allah,
menerima beban syariat ini, dan menerima kemuliaan ini, dan hal ini
adalah nikmat dari Allah, ia akan menerimanya dengan lapang dada dan
ketenangan, jiwanya luas, dan kamu akan mendapatinya berpuasa pada siang
hari yang panas sedangkan ia dalam keadaan ridha, lapang dada, karena
ia berakhlak baik kepada Penciptanya, akan tetapi orang yang berakhlak
buruk kepada Allah akan “menemui” ibadah seperti ini dengan keluh kesah,
kebencian. Dan andaikata ia takut kepada suatu perkara yang tidak baik
akibatnya niscaya ia tidak akan berpuasa.
Contoh yang lainnya adalah shalat :
Tidak dapat diragukan lagi bahwa puasa adalah ibadah yang berat bagi
sebagian manusia, dan shalat itu ibadah yang berat bagi orang-orang
munafik, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Artinya : Shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat isya’ dan shalat subuh" [Bukhari & Muslim]
Akan tetapi shalat bagi orang yang beriman adalah “qurratu aini” (penghibur hati) dan menenangkan jiwanya.
"Artinya : Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
(mengerjakan)shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,
kecuali bagi orang-orang yang khusyu`,(yaitu) orang-orang yang meyakini,
bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali
kepada-Nya".[Al Baqarah : 45-46]
Shalat bagi orang yang beriman bukanlah hal yang berat, bahkan shalat
itu ringan dan mudah (bagi mereka yang beriman). Oleh karena itu Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Dijadikan pelipur lara hatiku dalam shalat"
Maka berakhlak baik kepada Allah dalam masalah shalat ini, yaitu anda
menunaikan shalat dengan lapang dada, tenang, dan kedua matamu
mendapatkan pelipur lara jika engkau sedang mengerjakan dan menunggunya
jika waktu shalat telah lewat, maka jika engkau telah mengerjakan shalat
subuh, engkau dalam kerinduan kepada shalat dzuhur, dan jika engkau
telah shalat dzuhur engkau dalam kerinduan kepada shalat ashar, dan jika
engkau telahmengerjakan shalat ashar engkau dalam kerinduan kepada
shalat maghrib, dan jika engkau telah shalat maghrib engkau dalam
kerinduan kepada shalat isya’, dan jika engkau telah selesai mengerjakan
shalat isya engkau dalam kerinduan kepada shalat subuh. Demikianlah,
hatimu selalu teringat dengan shalat-shalat. Hal seperti, tidak dapat
diragukan lagi termasuk berakhlak baik kepada Allah.
Dan kami berikan contoh ketiga dalam masalah muamalah :
Dalam masalah muamalah, Allah mengharamkan riba bagi kita dengan pengharaman yang jelas dalam Al Qur’an.
"Artinya : Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba" [Al Baqarah : 275]
Dan Allah berkata tentang riba :
"Artinya : Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Penciptanya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa
yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya" [Al
Baqarah : 275]
Allah mengancam orang yang kembali melakukan riba sesudah datang
kepadanya nasehat dan mengetahui hukumnya dengan ancaman akan
memasukkannya kekalkedalam neraka, (kita mohon perlindungan kepada Allah
darinya).
https://www.facebook.com/aang.muttaqin, Oleh :ir aang zezen zainal muttaqin.SH.M.Ag,
Orang yang beriman akan menerima hukum ini dengan lapang dada, ridha dan
menyerah (tunduk). Adapun orang yang tidak beriman, ia tidak akan
menerimanya dan hatinya sempit dengan hukum ini. Ia akan berusaha
mengadakan berbagai siasat dan cara, karena kita mengetahui bahwa bahwa
didalam riba terdapat penghasilan yang pasti keutungannya dan tidak
terdapat didalamnya perniagaan yang belum diketahui (untung dan rugi),
akan tetapi pada hakikatnya riba adalah penghasilan bagi seseorang dan
penganiayaan bagi yang lain. Oleh karena Itu Allah berfirman :
"Artinya : Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu
pokok hartamu kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya” [Al
Baqarah : 279]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar