MENUNTUT ILMU UNTUK MERAIH MATERI DAN IJAZAH.https://www.facebook.com/aang.muttaqin, Oleh :ir aang zezen zainal muttaqin.SH.M.Ag,
Pertanyaan.
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Dilema yang berkembang
di kalangan para pelajar (mahasiswa) terutama di fakultas-fakultas dan
lembaga-lembaga pengajaran, ungkapan bahwa "ilmu telah sirna bersama
para ahlinya. Tidak ada seorang pun yang belajar di lembaga-lembaga
pengajaran kecuali untuk memperoleh ijazah dan materi." Bagaimana
menyangkal mereka dan apa hukumnya bila terpadu antara tujuan materil
dan ijazah dengan niat menuntut ilmu untuk kemanfaatan diri dan
masyarakatnya?
Jawaban
Pernyataan ini tidak benar, ungkapan-ungkapan seperti ini tidak pantas
diungkapkan, siapa yang mengatakan 'binasalah manusia', sebenarnya dia
sendiri yang paling binasa.
Seharusnya yang diungkapkan adalah berupa sugesti dan dorongan untuk
menuntut ilmu, konsentrasi dengan ilmu, kecuali yang memang benar-benar
diketahui demikian adanya.
Diriwayatkan, bahwa ketika ajal hampir menjemput Mu'adz, ia berwasiat
kepada orang-orang yang di sekitarnya untuk menuntut ilmu, ia
mengatakan, "Sesungguhnya kedudukan ilmu dan iman adalah bagi yang
menghendaki dan mengusahakannya." Maksudnya, bahwa kedudukan ilmu dan
iman adalah di dalam Kitabullah yang agung dan Sunnah RasulNya yang
terpercaya. Karena sesungguhnya seorang alim itu akan mati bersama
ilmunya, jadi ilmu itu dicabut dengan matinya para ulama. Namun
alhamdulillah, masih ada golongan yang ditolong dalam mempertahankan
kebenaran.
Karena itulah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan sekali
pencabutan begitu saja dari para hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu
dengan mematikan para ulama, sehingga tatkala tidak ada lagi orang alim,
manusia akan mengangkat orang-orang bodoh sebagai pemimpin, lalu mereka
ditanya (tentang ilmu) kemudian merekapun memberi fatwa tanpa
berdasarkan ilmu, sehingga (akibatnya) mereka sesat dan menyesatkan."[1]
Inilah yang ditakutkan, yaitu ditakutkan akan tampilnya orang-orang
bodoh yang memberi fatwa dan pelajaran sehingga mereka sesat dan
menyesatkan. Inilah yang dimaksud dari ungkapan "ilmu telah sirna dan
yang ada hanya ini dan itu." Dikhawatirkan hal ini akan meredupkan
ambisi sebagian orang, walaupun sebenarnya orang yang teguh dan berakal
tidak akan tergoyahkan dengan itu, bahkan akan memotivasinya untuk lebih
giat menuntut ilmu hingga bisa menutupi kelangkaan/kelowongan.
Orang faham yang ikhlas, yang berpandangan jernih, tidak akan
terpengaruh dengan ungkapan seperti tadi, bahkan sebalik-nya ia akan
maju dan bersemangat, bergegas dan belajar karena kebutuhannya terhadap
ilmu dan untuk mengisi kelowongan, yaitu yang diklaim oleh mereka yang
mengatakan bahwa 'tidak ada lagi orang alim. Padahal, walaupun ilmu
telah berkurang karena meninggalkan sebagian besar para ahlinya, namun
alhamdulillah, masih tetap ada golongan yang dibela dalam mempertahankan
kebenaran, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
,
“Artinya : Akan tetap ada golongan dari umatku yang mempertahankan
kebenaran, mereka tidak akan dicelakakan oleh orang-orang yang
menghinakannya hingga datangnya ketetapan Allah."[2]
Maka hendaknya kita bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, mendorong
dan memotivasi untuk menutupi kelowongan tersebut serta melaksanakan
kewajiban di medan kita dan yang lainnya, sebagai manifestasi
dalil-dalil syari'at yang menganjurkan hal tersebut, dan untuk
memberikan manfaat bagi kaum muslimin dan mengajari mereka. Di samping
itu, hendaknya kita memotivasi untuk melaksanakan dengan penuh
keikhlasan dan ketulusan dalam menuntut ilmu.
Barangsiapa yang mengharapkan ijazah untuk mengokohkannya dalam
menyampaikan ilmu dan mengajak kepada kebaikan, maka itu baik, bahkan
sekali pun sambil mengharapkan materi dalam hal ini. Jadi, tidak apa-apa
belajar dan memperoleh ijazah, yang dengan itu ia bisa menyebarkan ilmu
dan dengan itu pula ilmunya bisa diterima. Bahkan boleh juga menerima
materi yang dapat membantunya dalam kegiatan penyampaikan ilmu ini,
karena, jika bukan karena Allah ta’ala kemudian materi, tentu banyak
orang yang tidak dapat belajar dan menyampaikan dakwah. Materi bisa
membantu seorang muslim untuk menuntut ilmu, memenuhi kebutuhannya dan
menyampaikan ilmu kepada orang lain. Adalah Umar Radiyallahu ‘anhu,
ketika ditugasi dengan berbagai pekerjaan, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam memberinya materi (upah), tapi lalu Umar mengatakan,
"Berikan saja kepada orang yang lebih membutuhkan daripada aku." maka
Nabi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
"Artinya : Ambillah lalu kembangkanlah atau sedekahkanlah. Apa pun yang
datang kepadamu dari harta ini sementara engkau tidak mengharapkan dan
tidak memintanya, maka ambillah. Adapun yang tidak demikian, maka jangan
engkau sertakan dirimu di dalamnya."[3]
Nabi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi kepada orang-orang yang
dibujuk hatinya untuk memotivasi mereka sehingga mereka masuk agama
Allah dengan berbondong-bondong. Seandainya itu terlarang, tentu beliau
tidak akan memberi mereka. Namun kenyataannya, beliau memberikan itu,
baik sebelum maupun setelah penaklukkan kota Makkah.
Pada hari penaklukkan Makkah, ada orang yang diberi seratus ekor unta
oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ada juga yang diberi
banyak harta sehingga tidak takut jatuh miskin. Ini semua untuk
menyukakan mereka terhadap Islam dan untuk mengajak mereka ke dalam
Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala pun telah menetapkan bagian dari zakat
untuk orang-orang yang dibujuk hatinya, juga menetapkan bagian bagi
mereka dari baitul mal, juga untuk selain mereka, yaitu; para pengajar,
para da'i dan lain sebagainya. Wallahu waliyut taufiq.
[Majalah Al-Buhuts Al-Islamiyyah, edisi 67, hal. 157-160, Syaikh Ibnu Baz]
https://www.facebook.com/aang.muttaqin, Oleh :ir aang zezen zainal muttaqin.SH.M.Ag,
__________
Foote Note
[1]. HR. AI-Bukhari dalam kitab shahihnya pada kitab Al-'Ilm (100).
[2]. HR. Muslim dalam Al-Imarah (1290).
[3]. Dikeluarkan oleh AI-Bukhari dalam Az-Zakah (1473), Muslim dalam kitab shahihnya, Az-Zakah (1045).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar