HARAM SEORANG AYAH MURKA TERHADAP (KELAHIRAN) ANAK PEREMPUANNYA
https://www.facebook.com/aang.muttaqin, Oleh :ir aang zezen zainal muttaqin.SH.M.Ag,
Allah Ta’ala berfirman:
"Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang
Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia
kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia
kehendaki atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan
(kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan mandul siapa
yang Dia dikehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa."
[Asy-Syuura: 49-50]
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah mengatakan, “Dengan demikian,
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah membagi keadaan suami isteri menjadi
empat bagian yang mencakup padanya keberadaan. Dan Dia memberitahukan
bahwa anak yang telah ditakdirkan bagi keduanya merupakan anugerah
baginya. Dan cukuplah bagi seorang hamba menghindari murka-Nya dengan
cara tidak murka pada apa yang telah Dia anugerahkan kepadanya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala memulai dengan menyebutkan anak perempuan. Ada
yang berpendapat: dengan paksaan bagi mereka untuk memperberat kedua
orang tua terhadap kedudukan mereka. Dan ada juga yang berpendapat lain
-dan ini yang terbaik-, yaitu sesungguhnya Dia mendahulukan wanita,
karena siyaqul kalam (redaksi) menyebutkan bahwa Dia berbuat sesuai
dengan apa yang Dia kehendaki dan tidak pada apa yang dikehendaki oleh
kedua orang tua. Sebab, seringkali kedua orang tua menghendaki anak
laki-laki. Sementara Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan bahwa Dia
akan menciptakan apa yang Dia kehendaki. Oleh karena itu, Dia memulai
dengan menyebutkan bagian yang memang Dia kehendaki dan tidak
dikehendaki oleh kedua orang tua. Dan menurut saya ada pandangan lain,
yaitu bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mendahulukan apa yang diremehkan
oleh kaum Jahiliyah, yaitu mengenai anak-anak perempuan sehingga mereka
tega mengubur anak-anak perempuan itu hidup-hidup. Artinya, ini
merupakan jenis yang disepelekan oleh kalian, namun menurut Allah
dimuliakan dalam penyebutannya.
Renungkanlah, bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala membuat kata nakirah
pada kata al-inats (perempuan) dan mema’rifatkan adz-dzukur (laki-laki).
Dengan demikian, Dia telah memperbaiki kekurangan wanita dengan
menempatkannya di awal, dan memperbaiki kekurangan kata adz-dzukur
dengan mema’rifatkannya. Sebab, ta’rif berarti pemujian. Seakan-akan
Allah berfirman, “Dia (Allah) berikan kepada siapa saja yang Dia
kehendaki dari dua jenis manusia (laki-laki dan perempuan) yang telah
disebutkan. Yang mana keduanya tidak tersembunyi bagi kalian.” Kemudian
setelah menyebutkan dua jenis manusia itu secara bersama-sama, Dia
mendahulukan laki-laki dengan memberikan hak kepada masing-masing jenis,
berupa pendahuluan dan pengakhiran. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui
apa yang Dia kehendaki dari hal tersebut.
Maksudnya bahwa murka terhadap (kelahiran) anak perempuan merupakan
akhlak orang-orang Jahiliyah yang sangat dicela oleh Allah Ta’ala
melalui firman-Nya:
"Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak
perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia
menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita
yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan
menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah
(hidup-hidup). Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan
itu." [An-Nahl: 58-59][1]
Selain itu, Dia juga telah mencela mereka ketika mereka menisbatkan apa yang tidak mereka sukai itu kepada-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
"Padahal apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira
dengan apa yang dijadikan sebagai misal bagi Allah Yang Maha Pemurah,
maka jadilah mukanya hitam pekat sedang dia amat menahan sedih."
[Az-Zukhruf: 17]
Dia juga berfirman:
"Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak)
perempuan. Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil."
[An-Najm: 21-22]
Allah Subhanahu wa Ta’ala pun berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat,
mereka benar-benar menamakan Malaikat itu dengan nama perempuan."
[An-Najm: 27]
MENGUBUR ANAK PEREMPUAN HIDUP-HIDUP TERMASUK DOSA BESAR
Allah Ta’ala berfirman:
"Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh?" [At-Takwiir: 8-9]
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Demikianlah jumhur ulama membacanya: ÓõÆöáóÊú.
Kata ÇóáúãóæúÁõæúÏóÉõ berarti bayi perempuan yang dahulu orang-orang
Jahiliyyah menguburkannya hidup-hidup ke tanah karena benci memiliki
anak perempuan. Kelak pada hari Kiamat, bayi-bayi itu akan ditanya
karena dosa apa mereka dikuburkan? Yang demikian itu agar menjadi
ancaman bagi orang-orang yang pernah melaku-kannya. Sebab, jika pihak
yang dizhalimi itu ditanya, maka apa gerangan yang terpikir oleh orang
yang berbuat zhalim?”
Dari Mughirah bin Syu’bah Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
Åöäøó Çááåó ÍóÑøóãó Úóáóíúßõãú ÚõÞõæÞó ÇúáÃõãøóåóÇÊö æóãóäúÚó æóåóÇÊö
æóæóÃúÏó ÇáúÈóäóÇÊö æóßóÑöåó áóßõãú Þöíáó æóÞóÇáó æóßóËúÑóÉó ÇáÓøõÄóÇáö
æóÅöÖóÇÚóÉó ÇáúãóÇáö.
“Sesungguhnya Allah Ta’ala mengharamkan atas kalian untuk durhaka kepada
ibu-ibu kalian, man’an wa haatin (menolak kewajiban dan menuntut yang
bukan haknya), mengubur hidup-hidup anak perempuan. Dan Allah membenci
kalian dalam hal berbicara yang tidak ada kebenarannya, banyak
meminta-minta kepada orang lain, dan menyia-nyiakan harta.” [HR.
Al-Bukhari dan Muslim]
An-Nawawi rahimahullah mengatakan di dalam kitab Syarh Muslim (IV/308),
“Adapun æóÃúÏõ ÇáÈóäóÇÊö -dengan menggunakan huruf hamzah- berarti
mengubur anak perempuan hidup-hidup sehingga mereka mati di bawah
timbunan tanah. Dan perbuatan ini termasuk dosa besar yang membinasakan.
Sebab, hal tersebut termasuk pembunuhan tanpa alasan yang dibenarkan.
Selain itu, mencakup juga pemutu-san hubungan silaturahmi. Dan
disebutkan secara khusus pada anak perempuan saja, karena hal tersebut
yang biasa dikerjakan oleh orang-orang Jahiliyah dahulu.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.
Kami-lah Yang akan memberi rizki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar." [Al-Israa':
31]
Dan dalam kitab ash-Shahiihain juga disebutkan dari hadits Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:
“Aku pernah bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Dosa
apakah yang paling besar di sisi Allah?’ Beliau menjawab, ‘Engkau
menjadikan sekutu bagi-Nya, padahal Dia telah menciptakanmu.’
‘Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar sangat besar,’ kataku.
Kemudian kutanyakan, ‘Lalu apa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Engkau membunuh
anakmu karena engkau takut dia akan makan bersamamu.’ ‘Kemudian apa
lagi?’ tanyaku lebih lanjut. Beliau pun menjawab, ‘Engkau menzinai
isteri tetanggamu.’”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar