SEPULUH KESALAHAN DALAM MENDIDIK ANAK
https://www.facebook.com/aang.muttaqin, Oleh :ir aang zezen zainal muttaqin.SH.M.Ag,
Anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Maka, kita sebagai orang tua
bertanggung jawab terhadap amanah ini. Tak sedikit kesalahan dan
kelalaian dalam mendidik anak telah menjadi fenomena yang nyata. Sungguh
merupakan malapetaka besar, dan termasuk mengkhianati amanah Allah.
Adapun rumah, adalah sekolah pertama bagi anak. Kumpulan dari beberapa rumah itu akan membentuk sebuah bangunan masyarakat.
Bagi seorang anak, sebelum mendapatkan pendidikan di sekolah dan
masyarakat, ia akan mendapatkan pedidikan di rumah dan keluarganya. Ia
merupakan prototipe kedua orang tuanya dalam berinteraksi sosial. Oleh
karena itu, disinilah peran dan tanggung jawab orang tua, dituntut untuk
tidak lalai dalam mendidik anak-anak.
BAHAYA LALAI DALAM MENDIDIK ANAK
Orang tua memiliki hak yang wajib dilaksanakan oleh anak-anaknya.
Demikian pula anak, juga mempunyai hak yang wajib dipikul oleh kedua
orang tuanya. Disamping Allah memerintahkan kita untuk berbakti kepada
kedua orang tua, Allah juga memerintahkan kita untuk berbuat baik
(ihsan) kepada anak-anak serta bersungguh-sungguh dalam mendidiknya.
Demikian ini termasuk bagian dari menunaikan amanah Allah. Sebaliknya,
melalaikan hak-hak mereka termasuk perbuatan khianat terhadap amanah
Allah. Banyak nash-nash syar’i yang mengisyaratkannya. Allah berfirman.
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا اْلأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya…[An Nisa’:58].
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَخُونُوا اللهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan
Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat
yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahuai. [Al Anfal:27].
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَ كُلُّكُمْ مَسْؤُوْ لٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالإِمَامُ
رَاعٍ وَ مَسْؤُوْ لٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ و رَجُلُ رَاعٍ في أَهْلِهِ وَ
مَسْؤُوْ لٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung-jawaban
terhadap yang dipimpin. Maka, seorang imam adalah pemimpin dan
bertangung jawab terhadap yang dipimpinnya. Seorang suami adalah
pemimpin bagi keluarganya dan bertanggung jawab terhadap yang
dipimpinnya. [HR Al Bukhari].
مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعيْهِ اللهُ رَعِيَّةً يَمُوْتُ يَوْمَ يَمُوْتُ
وَ هُوَ غَاشٍ لِرَعِيَّتِهِ إلاَّ حّرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الجَنَّةَ
Barangsiapa diberi amanah oleh Allah untuk memimpin, lalu ia mati
(sedangkan pada) hari kematiannya dalam keadaan mengkhianati amanahnya
itu, niscaya Allah akan mengharamkan surga baginya. [HR Al Bukhari]
SEPULUH KESALAHAN DALAM MENDIDIK ANAK
Meskipun banyak orang tua yang mengetahui, bahwa mendidik anak merupakan
tanggung jawab yang besar, tetapi masih banyak orang tua yang lalai dan
menganggap remeh masalah ini. Sehingga mengabaikan masalah pendidikan
anak ini, sedikitpun tidak menaruh perhatian terhadap perkembangan
anak-anaknya.
Baru kemudian, ketika anak-anak berbuat durhaka, melawan orang tua, atau
menyimpang dari aturan agama dan tatanan sosial, banyak orang tua mulai
kebakaran jenggot atau justru menyalahkan anaknya. Tragisnya, banyak
yang tidak sadar, bahwa sebenarnya orang tuanyalah yang menjadi penyebab
utama munculnya sikap durhaka itu. Lalai atau salah dalam mendidik anak
itu bermacam-macam bentuknya; yang tanpa kita sadari memberi andil
munculnya sikap durhaka kepada orang tua, maupun kenakalan remaja.
Berikut ini sepuluh bentuk kesalahan yang sering dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
1. Menumbuhkan Rasa Takut Dan Minder Pada Anak.
Kadang, ketika anak menangis, kita menakut-nakuti mereka agar berhenti
menangis. Kita takuti mereka dengan gambaran hantu, jin, suara angin,
dan lain-lain. Dampaknya, anak akan tumbuh menjadi seorang penakut;
takut pada bayangannya sendiri, takut pada sesuatu yang sebenarnya tidak
perlu ditakutinya. Misalnya: takut ke kamar mandi sendiri, takut tidur
sendiri karena seringnya mendengar cerita tentang hantu, jin dan
lain-lain. Dan yang paling parah, tanpa disadari, kita telah menanamkan
rasa takut kepada dirinya sendiri. Atau misalnya, kita khawatir ketika
mereka jatuh dan ada darah di wajahnya, tangan atau lututnya. Padahal
semestinya, kita bersikap tenang dan menampakkan senyuman menghadapi
ketakutan anak tersebut. Bukannya justru menakuti-nakutinya, menampar
wajahnya, atau memarahinya serta membesar-besarkan masalah. Akibatnya,
anak akan semakin keras tangisnya, dan akan terbiasa menjadi takut
apabila melihat darah atau merasa sakit.
2. Mendidiknya Menjadi Sombong, Panjang Lidah, Congkak Terhadap Orang Lain. Dan Itu Dianggap Sebagai Sikap Pemberani.
Kesalahan ini merupakan kebalikan point pertama. Yang benar ialah
bersikap tengah-tengah, tidak berlebihan dan tidak dikurang-kurangi.
Berani tidak harus dengan bersikap sombong atau congkak kepada orang
lain. Tetapi, sikap berani yang selaras tempatnya dan rasa takut apabila
memang sesuatu itu harus ditakuti. Misalnya: takut berbohong, karena ia
tahu, jika Allah tidak suka kepada anak yang suka bohong, atau rasa
takut kepada binatang buas yang membahayakan. Kita didik anak kita untuk
berani dan tidak takut dalam mengamalkan kebenaran.
3. Membiasakan Anak-Anak Hidup Berfoya-Foya, Bermewah-Mewah Dan Sombong.
Dengan kebiasaan ini, sang anak bisa tumbuh menjadi anak yang suka
kemewahan, suka bersenang-senang. Hanya mementingkan dirinya sendiri,
tidak peduli terhadap keadaan orang lain. Mendidik anak seperti ini
dapat merusak fitrah, membunuh sikap istiqamah dalam bersikap zuhud di
dunia, membinasakan muru’ah (harga diri) dan kebenaran.
4. Selalu Memenuhi Permintaan Anak.
Sebagian orang tua ada yang selalu memberi setiap yang diinginkan
anaknya, tanpa memikirkan baik buruknya bagi anak. Padahal, tidak setiap
yang diinginkan anaknya itu bermanfaat atau sesuai dengan usia dan
kebutuhannya. Misalnya: si anak minta tas baru yang sedang trend,
padahal baru sebulan yang lalu orang tua membelikannya tas baru. Hal ini
hanya akan menghambur-hamburkan uang. Kalau anak terbiasa terpenuhi
segala permintaannya, maka mereka akan tumbuh menjadi anak yang tidak
peduli pada nilai uang dan beratnya mencari nafkah. Serta mereka akan
menjadi orang yang tidak bisa membelanjakan uangnya dengan baik.
5. Selalu Memenuhi Permintaan Anak, Ketika Menangis, Terutama Anak Yang Masih Kecil.
Sering terjadi, anak kita yang masih kecil minta sesuatu. Jika kita
menolaknya karena suatu alasan, ia akan memaksa atau mengeluarkan
senjatanya, yaitu menangis. Akhirnya, orang tua akan segera memenuhi
permintaannya karena kasihan atau agar anak segera berhenti menangis.
Hal ini dapat menyebabkan sang anak menjadi lemah, cengeng dan tidak
punya jati diri.
6. Terlalu Keras Dan Kaku Dalam Menghadapi Mereka, Melebihi Batas Kewajaran.
Misalnya, dengan memukul mereka hingga memar, memarahinya dengan
bentakan dan cacian, ataupun dengan cara-cara keras lain. Ini kadang
terjadi, ketika sang anak sengaja berbuat salah. Padahal ia (mungkin)
baru sekali melakukannya.
7. Terlalu Pelit Pada Anak-Anak, Melebihi Batas Kewajaran.
Ada juga orang tua yang terlalu pelit kepada anak-anaknya, hingga
anak-anaknya merasa kurang terpenuhi kebutuhannya. Pada akhirnya,
mendorong anak-anak itu untuk mencari uang sendiri dengan berbagai cara.
Misalnya: dengan mencuri, meminta-minta pada orang lain, atau dengan
cara lain. Yang lebih parah lagi, ada orang tua yang tega menitipkan
anak-anaknya ke panti asuhan untuk mengurangi beban orang tuanya.
Bahkan, ada pula yang tega menjual anaknya, karena merasa tidak mampu
membiayai hidup. Na’udzubillah min dzalik.
8. Tidak Mengasihi Dan Menyayangi Mereka, Sehingga Membuat Mereka
Mencari Kasih-Sayang Di Luar Rumah Hingga Menemukan Yang Dicarinya.
Fenomena demikian ini banyak terjadi. Telah menyebabkan anak-anak
terjerumus ke dalam pergaulan bebas, wa’iyadzubillah. Seorang anak
perempuan misalnya, karena tidak mendapat perhatian dari keluarganya, ia
mencari perhatian dari laki-laki di luar lingkungan keluarganya. Dia
merasa senang mendapatkan perhatian dari laki-laki itu, karena sering
memujinya, merayu dan sebagainya. Hingga ia rela menyerahkan
kehormatannya demi cinta semu.
9. Hanya Memperhatikan Kebutuhan Jasmaninya Saja.
Banyak orang tua yang mengira, bahwa mereka telah memberikan yang
terbaik untuk anak-anaknya. Banyak orang tua merasa telah memberikan
pendidikan yang baik, makanan dan minuman yang bergizi, pakaian yang
bagus dan sekolah yang berkualitas. Sementara itu, tidak ada upaya untuk
mendidik anak-anaknya agar beragama secara benar serta berakhlak mulia.
Orang tua lupa, bahwa anak tidak cukup hanya diberi materi saja.
Anak-anak juga membutuhkan perhatian dan kasih-sayang. Bila kasih-sayang
tidak didapatkan di rumahnya, maka ia akan mencarinya dari orang lain.
10. Terlalu Berprasangka Baik Kepada Anak-Anaknya.
Ada sebagian orang tua yang selalu berprasangka baik kepada
anak-anaknya. Menyangka, bila anak-anaknya baik-baik saja dan merasa
tidak perlu ada yang dikhawatirkan, tidak pernah mengecek keadaan
anak-anaknya, tidak mengenal teman-teman dekat anaknya, atau apa saja
aktifitasnya. Sangat percaya kepada anak-anaknya. Ketika tiba-tiba,
mendapati anaknya terkena musibah atau gejala menyimpang, misalnya
terkena narkoba, barulah orang tua tersentak kaget. Berusaha
menutup-nutupinya serta segera memaafkannya. Akhirnya yang tersisa
adalah penyesalan tak berguna.
Demikianlah sepuluh kesalahan yang sering dilakukan orang tua. Yang
mungkin, kita juga tidak menyadari bila telah melakukannya. Untuk itu,
marilah berusaha untuk terus mencair ilmu, terutama berkaitan dengan
pendidikan anak. Agar kita terhindar dari kesalahan-kesalahan dalam
mendidik anak, yang bisa menjadi fatal akibatnya bagi masa depan mereka.
Kita selalu berdo’a, semoga anak-anak kita tumbuh menjadi generasi
shalih dan shalihah, serta berakhlak mulia. Wallahu a’lamu bishshawaab.
(Ummu Shofia)https://www.facebook.com/aang.muttaqin, Oleh :ir aang zezen zainal muttaqin.SH.M.Ag,
Maraji:
At Taqshir Fi Tarbiyatil Aulad, Al Mazhahir Subulul Wiqayati Wal ‘Ilaj, Muhammad bin Ibrahim Al Hamd.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar