KABAR GEMBIRA DENGAN KELAHIRAN ANAK
https://www.facebook.com/aang.muttaqin, Oleh :ir aang zezen zainal muttaqin.SH.M.Ag
JERITAN PERTAMA KETIKA BAYI BARU LAHIR
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata : Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Jeritan anak ketika dilahirkan adalah (karena) tusukan dari syaitan” [1]
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda.
“Artinya : Tidak ada seorang anakpun yang lahir melainkan syaitan
menusuknya hingga menjeritlah si anak akibat tusukan syaithan itu
kecuali putra Maryam (Isa) dan ibunya (Maryam)”
Kemudian Abu Hurairah berkata : Bacalah bila kalian mau (ayat yang berbunyi).
“Artinya : Dan aku meminta perlindungan untuknya kepada-Mu dan juga untuk anak keturunannya dari syaitah yang terkutuk” [2]
Anak kecil ini belum mengenal dunia sedikitpun, namun syaitan sudah menyatakan permusuhan dengan menusuknya. [3]
Lalu bagaimana keadaan si anak jika ia telah dapat berbicara dan
merasakan segala sesuatu. Bagaimana keadaannya jika telah bergerak
syahwatnya untuk mencari dunia atau selainnya. Maka penyesatan dan upaya
penyimpangan yang dilakukan syaitan ini harus dihalangi, karena itulah
syari’at datang untuk melindungi manusia sejak mudanya, bahkan sejak
lahir ke dunia ini hingga nanti menemui Tuhannya.
Kami akan mengumpulkan semua tahapan kehidupan manusia secara ringkas.
Sejak anak manusia belum melewati tujuh hari pertama dari umurnya,
penetap syaria’at telah menerangkan jalan-jalan penjagaan bagi anak
tersebut dan menjelaskan perkara-perkara yang seharusnya dilakukan
sepanjang tujuh hari (dari awal kelahiran anak)
Maka siapa yang mencintai anaknya dan ingin menjaganya dari syaitan,
hendaklah ia mengikuti metodenya sayyidil mursalin dan beliau bagi kita
adalah sebaik-baik pemberi nasihat. Beliau sebagaimana diceritakan oleh
Abu Dzar Al-ghifari Radhiyallahu ‘anhu : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam meninggalkan kami dalam keadaan tidak ada seekor burungpun
yang membolak-balikkan sayapnya di udara melainkan beliau sebutkan
ilmunya kepada kami”.
Abu Dzar Radhiyallahu anhu berkata : Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Tidak ada sesuatu yang dapat mendekatkan ke surga dan
menjauhkan dari neraka kecuali telah diterangkan pada kalian” [4]
Termasuk upaya penjagaan terhadap anak dari gangguan syaithan adalah doa seorang suami ketika mendatangi istrinya.
“Artinya : Dengan nama Allah, Ya Allah jauhkanlah kami dari syaitan dan
jauhkanlah syaitan dari apa yang Engkau rezkikan kepada kami”
Maka bila Allah tetapkan lahirnya anak dari hubungan keduanya itu maka syaitan tidak akan membahayakannya selamanya” [5]
KABAR GEMBIRA DENGAN KELAHIRAN ANAK
Al-Qur'an telah menyebutkan kabar gembira tentang kelahiran anak dalam
banyak ayat dalam rangka mengajarkan kaum muslimin tentang kebiaasaan
ini, karena padanya ada pengaruh yang penting untuk menumbuhkan kasih
sayang dan cinta di hati-hati kaum muslimin. [6]
Allah Ta'ala berfirman.
"Artinya : Wahai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira padamu
dengan kelahiran seorang anak yang bernama Yahya" [Maryam : 7]
"Artinya : Maka berilah kabar gembira padanya dengan kelahiran anak yang sangat penyabar" [Ash-Shafaat : 101]
"Artinya : Mereka (para malaikat) berkata : Janganlah kamu merasa takut,
sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran
seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang alim" [Al-Hijr :
53]
"Artinya : Kemudian malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia
tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya) : 'Sesungguhnya
Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya,
yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan,
menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan
orang-orang saleh" [Ali-Imran : 39]
Seharusnya kita kaum muslimin mencintai kebaikan bagi saudara-saudara
kita. Kita turut bahagia dengan kebahagiaan mereka dan turut sedih
dengan kesedihan mereka. jika kita memang orang muslim yang
sebenar-benarnya, maka kita merasa seperti satu jasad. Bila salah satu
anggotanya merasa sakit, maka semua anggota lainnya terpanggil untuk
bergadang dan merasa demam.
Sebagaimana hal ini dimisalkan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
dalam sabdanya. Akan tetapi di mana kita dari hal yang demikian itu ?
Sementara permusuhan dan kebencian telah menyala-nyala di kalangan kaum
muslimin sendiri dan hasad menjalar di tengah mereka dan kebaikan telah
menipis. Hanya kepada Allahlah tempat mengadu.
UCAPAN SELAMAT DAN KETERANGAN SALAF TENTANGNYA
Tidak ada satu haditspun dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
dalam masalah mengucapkan selamat bagi keluarga yang kelahiran. Yang ada
hanyalah atsar yang diriwayatkan dari tabi'in, di antaranya.
[1]. Dari Al-Hasan Al-Bashri Rahimahullah. Ada seseorang bertanya
kepadanya tentang ucapan selamat tersebut ; "Bagaimana cara aku
mengucapkannya ?" Kata Al-Hasan : Ucapkanlah.
"Semoga Allah menjadikannya barakah atas kalian dan atas ummat Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam" [7]
[2]. Dari Hammad bin Ziyad ia berkata : "Ayyub As-Sikhtiyani bila
memberi ucapan selamat kepada seseorang yang kelahiran anak ia berkata :
"Semoga Allah menjadikannya barakah atas kalian dan atas ummat Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam" [8]
Atsar semisal ini jauh lebih baik dibanding ucapan selamat yang banyak diamalkan manusia pada hari ini.
Namun bersamaan dengan itu kita tidak boleh melazimkan ucapan selamat
ini (seperti tersebut dalam atsar di atas), berbeda bila ada satu hadits
(yang shahih) yang menerangkan tentangnya. Dan kita tidak menjadikan
ucapan tersebut seperti dzikir-dzikir yang tsabit dalam As-Sunnah (yakni
kita tidak terus menerus mengamalkannya karena tidak ada satu hadits
pun yang menyebutkan hal ini, -pent). Siapa yang engucapkannya
kadang-kadang maka tidak apa-apa dan siapa yang tidak mengucapkannya
maka tidak ada masalah.
https://www.facebook.com/aang.muttaqin, Oleh :ir aang zezen zainal muttaqin.SH.M.Ag
__________
Foote Note
[1]. Dikeluarkan oleh Al-Bukhari (3248), Muslim (15/128 Nawawi) dan
At-Thabrani dalam As-Shaghir (29), dan riwayat yang lain darinya dan
Ibnu HIbban (6150-6201-6202)
[2]. Dikeluarkan oleh Al-Bukhari (3/110 –As-Sindi), Muslim (15/128 Nawawi) dan Abu Ya’la 5971]
[3]. Lihat Syrahu Shahih Muslim oleh Imam An-Nawawi tentang hadits ini (15/129-130)
[4]. Dikeluarkan oleh Ath-Thabrani dalam Al-Kabir (1647) dan Ash-Shaghir
(1/268), Ahmad dalam Al-Musnad (5/153-162) baris pertama darinya
[5]. Dikeluarkan oleh Al-Bukhari (9/228 Fathul Bari), Muslim (10/1434 Nawawi) dan selain keduanya.
[6]. Dinukil dari kitab Ukhti Muslimah Kaifa Tastaqbilin Mauludikil Jadid, penulis Nasyat Al-Mishri
[7]. Hadits hasan. Dikeluarkan oleh At-Thabrani dalam Kitab Ad-Du'a
(2/1243) dengan sanad yang rijalnya (rawi-rawinya) tsiqah (orang
kepercayaan) selain syaikhnya (gurunya) At-Thabrani yakni Yahya bin
Utsman bin Shalih, kata Al-Hafidh tentangnya : "Ia shaduq, tertuduh
tasyayyu' (kesyiah-syiahan), dan sebagian ulama menganggapnya layyin
(lemah) karena keadaannya yang meriwayatkan dari selain asalnya".
Berkata Ibnu Abi Hatim dalam Al-Jarh wa At-Ta'dil (9/175) : "Aku menulis
(hadits) darinya dan juga ayahku, dan mereka memperbincangkannnya".
Dalam Al-Mizan, Ad-Dzahabi berkata : "Ia shaduq Insya Allah'.Berkata
Al-Mundziri dalam At-Targhib (2/17) : "Dia tsiqah dan padanya ada
perbincangan".
Kami katakan : orang yang semisal Yahya ini haditsnya tidak turun dari derajat Hasan.
[8]. Dikeluarkan oleh At-Thabrani dalam Kitab Ad-Du'a (2/1244) dengan sanad yang lemah.
Namun atsar yang lemah ini mendukung atsar sebelumnya. Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar