MEMILIHKAN KISAH YANG MENDIDIK
https://www.facebook.com/aang.muttaqin, Oleh :ir aang zezen zainal muttaqin.SH.M.Ag,
Kisah, keterkaiatannya dengan pendidikan anak, memiliki peran yang
sangat penting, lantaran kisah juga merupakan salah satu metode
pengajaran. Dalam Al-Qur`an, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengajarkan
berbagai kisah dari umat-umat terdahulu. Sehingga secara langsung bisa
dipahami, bahwa Islam memberikan perhatian yang besar terhadap masalah
ini, yaitu dengan menyebutkan kisah-kisah yang mendidik dan bermanfaat
sebagai metode dalam menyampaikan pengajaran. Sebagaimana Allah
Subhanahu wa Ta'ala telah mencontohkan kisah tentang Luqman Al-Hakim
yang memberi wasiat kepada anaknya dengan wasiat yang sangat penting dan
berharga.[1]
Demikian semestinya yang diterapkan dalam mendidik anak, ialah dengan
mendasarkan kepada wahyu, yaitu Al-Kitab dan juga As-Sunnah. Karena
dalam dua sumber tersebut terdapat kebaikan, kesempurnaan, dan tepat
bagi manusia. Bukankah jika memperhatikan Al-Qur`an dan As-Sunnah, kita
mendapatkan keterangan yang jelas kandungan kisah-kisah yang disebutkan
di dalamnya?
ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
"Kitab (Al-Qur`an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa".[Al-Baqarah/2:2].
وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنَاهُمْ عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَرُسُلًا لَمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ
"Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan
tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan
tentang mereka kepadamu . . ." [An-Nisa/4:164].
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ۗ مَا كَانَ
حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ
وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur`an itu bukanlah cerita yang
dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum
yang beriman". [Yusuf/12:111].
Inilah di antara metode yang digunakan oleh Al-Qur`an dan As-Sunnah
dalam masalah pengajaran, yaitu dengan menuturkan kisah-kisah teladan.
Kita dapatkan bahwasanya memberi nasihat dengan menuturkan cerita-cerita
yang menarik, akan memberikan pengaruh yang besar pada jiwa anak-anak,
apalagi jika sang penuturnya juga mempunyai cara yang menarik dalam
menyampaikannya, sehingga mampu mempesona dan memberikan pengaruh
mendalam bagi yang mendengarnya. Karena ciri khas kisah-kisah teladan,
ia mampu memberikan pengaruh bagi yang membacanya maupun yang
mendengarkannya. Oleh karenanya, sepatutnya sebagai pendidik, juga
memberikan perhatian ketika menerapkan metode ini.
Terlebih lagi, di tengah masyarakat sejak dahulu telah merebak berbagai
kisah ataupun hikayat yang tidak diketahui asal-usulnya. Banyaknya
cerita fiktif dan sarat dengan kedustaan yang dijadikan sebagai sandaran
dalam memberikan pengajaran kepada manusia umumnya, dan khusus kepada
anak-anak. Kisah-kisah fiktif ini telah mempengaruhi pola pikir
anak-anak kita. Misalnya menjadikan para penjahat sebagai pahlawan, dan
orang-orang yang buruk perangainya menjadi sang pemenang, ataupun
orang-orang fasik menjadi idola. Ini merupakan kejahatan terhadap
anak-anak kita, dan cepat atau lambat akan menumbuhkan dampak buruk bagi
anak didik kita.
MEWASPADAI KISAH-KISAH BURUK
Melihat merebaknya kisah-kisah fiktif dan dusta tersebut, maka layaklah
jika kita mewaspadai adanya pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh
cerita-cerita tersebut. Yang lebih memprihatinkan lagi, ternyata
kisah-kisah atau hikayat-hikayat tersebut dipenuhi dengan kemungkaran
dan kemusyrikan, sehingga kita harus berhati-hati dan bersikap kritis.
Misalnya sebagai berikut.
1. Cerita-Cerita Yang Menimbulkan Rasa Takut Dan Cemas.
Misalnya: cerita-cerita horor, hantu, makhluk yang menakutkan dan lain-lain.
Cerita-cerita seperti ini berpengaruh buruk pada diri anak-anak dan
memunculkan sifat pengecut, tidak membentuk anak menjadi seorang yang
pemberani. Anak akan terpengaruh dengan cerita yang ia dengar walaupun
cerita tersebut telah berakhir. Pikiran anak akan selalu sibuk berkhayal
adanya makhluk yang selalu mengikutinya, dan ia terus dihantui dengan
rasa takut. Kekalutan ini akan mempengaruhi kepribadiannya, dan ia
menjadi pribadi yang labil. Padahal kita semestinya membentuk pribadi
anak menjadi pemberani dan berkepribadian kuat, bukan menjadi umat yang
lemah dan penakut.
2. Cerita-Cerita Rakyat Yang Berisi Kedustaan, Khurafat, Mitos Dan Khayalan.
Sebagai misal : hikayat Malin Kundang, Sangkuriang, kisah kancil dan buaya, dan sebagainya.
Cerita-cerita klasik sejenis ini sangat banyak kita dapatkan di tengah
masyarakat. Semuanya menceritakan hal-hal yang sulit diterima akal sehat
dan dipenuhi kedustaan, bahkan mengarah kepada keyakinan syirik.
Ini juga akan membentuk pribadi anak sehingga senang untuk mempercayai
hal-hal yang dusta, tidak masuk akal, tidak sesuai dengan kondisi riil,
bahkan mustahil akan terjadi. Misalnya kisah Malin Kundang yang dikutuk
menjadi batu, Sangkuriang yang hendak mengawini ibunya sendiri atau
kancil yang licik, suka menipu. Sungguh tak mustahil, kisah-kisah
seperti ini telah memberikan pengaruh buruk pada anak-anak kita.
3. Cerita-Cerita Yang Lebih Menunjukkan Kekuatan Badan Daripada Akal.
Misalnya: kisah Tarzan, Superman, Spiderman dan lainnya.
Semua kisah-kisah seperti ini menceritakan bahwa tidak ada jalan untuk
menyelesaikan masalah, kecuali dengan kekuatan dan kekerasan. Maka kisah
semacam ini pun akan membentuk jiwa anak-anak menjadi jiwa yang suka
bermusuhan, mengutamakan kekuatan badannya dari pada akalnya. Di samping
itu, kisah-kisah ini telah menanamkan khayali pada anak. Lantaran apa
yang dilakukan oleh tokoh-tokoh utama tersebut sangat tidak mungkin
mewujud dalam kenyataan.
4. Cerita-Cerita Yang Mengunggulkan Kekuatan Jahat Dan Mengagungkannya.
Contohnya: orang zhalim berhasil mengalahkan orang-orang yang baik, penjahat berhasil memperdayai polisi.
Kisah semacam ini dituturkan kepada anak-anak dengan alasan untuk
menjelaskan tentang perilaku-perilaku jahat, akan tetapi alasan ini
melupakan tabiat anak-anak yang suka meniru apa yang ia lihat atau ia
dengar. Yang pada akhirnya, kita banyak mendengar kejadian-kejadian
mengerikan yang dilakukan oleh anak-anak, karena mencontoh yang mereka
lihat atau yang mereka dengar.
5. Kisah-kisah yang berisi hinaan, celaan atau merendahkan orang lain,
juga gangguan kepada orang yang lebih tua dengan berbagai perbuatan
usil, bahkan hinaan kepada orang yang mempunyai cacat pada tubuhnya,
seperti buta, dengan membuatnya jatuh di lobang atau semisalnya, tanpa
memikirkan pengaruh buruk pada anak yang melihatnya.
Contoh paling nyata cerita-cerita seperti ini, yaitu film kartun Tom and
Jery. Film ini sangat terkenal di kalangan anak-anak, bahkan orang
dewasa. Akan tetapi, jika dilihat dari sisi pendidikan, film ini sangat
merusak. Karena memberikan gambaran perilaku yang buruk pada anak-anak,
ketidak sopan-santunan, usil dan nakal. Pada gilirannya, tak mustahil
perilaku dalam film ini akan ditiru dan dipraktekkan kepada orang-orang
di sekitarnya, dan sebagai sebab munculnya perasaan lebih unggul di
bandingkan yang lainnya.
Demikian juga film ini mengisyaratkan adanya perbuatan yang bersifat
merendahkan bangsa lainnya, seperti bangsa kulit hitam. Sehingga dapat
menimbulkan perasaan dengki, dendam dan juga perselisihan yang
berkepanjangan. Demikian gambaran kisah-kisah yang ditampilkan di
hadapan anak-anak kita, yang maksud dan tujuannya untuk mendidik, akan
tetapi justru sebaliknya, yaitu tidak mendidik, bahkan merusak dan
menimbulkan dampak negatif pada perkembangan kejiwaan anak-anak. [2]
HADIRKAN KISAH-KISAH TELADAN
Setelah mengetahui kandungan dan kemungkinan munculnya dampat negatif
dari kisah-kisah fiktif tersebut, maka menjadi kewajiban kita untuk
mengarahkan anak-anak agar menjauhi kisah-kisah fiktif dan penuh
kedustaan tersebut. Kemudian mereka didekatkan dengan kisah-kisah
teladan penuh hikmah. Misalnya kisah tentang para nabi Allah.
Kisah-kisah teladan inilah yang semestinya mewarnai kehidupan anak-anak
kita.
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ ۖ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ
"Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka". [Al-An'am/6:90].
Seperti halnya kisah Nabi Yunus Alaihissalam ketika berada di dalam
perut ikan paus, Nabi Sulaiman Alaihissalam dengan burung Hud-Hud, juga
kisah Nabi Yusuf Alaihissalam dengan saudara-saudaranya. Demikian pula
kisah Nabi Musa Alaihissalam dengan Khidir, dan kisah-kisah lainnya.
Begitu juga anak harus didekatkan dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam. Dari sirah beliau ini, kita dapat memetik banyak pelajaran,
sejak beliau masih di dalam kandungan, kemudian bapak beliau meninggal,
sehingga beliau lahir dalam keadaan yatim, dan seterusnya. Banyak pula
peristiwa-peristiwa besar yang beliau lewati, sehingga membawa perubahan
besar bagi umat manusia. Begitu juga dengan kisah-kisah yang beliau
tuturkan dalam hadits-hadist yang shahih. Sebab Allah Subhanahu wa
Ta'ala berfirman.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ
يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah"
[Al-Ahzab/33:21].
Demikian juga kita bisa menuturkan kepada anak-anak dengan kisah-kisah
para sahabat Nabi, sebagaimana yang dipaparkan oleh seorang penyair:
Jika kalian tidak bisa menjadi seperti mereka, (maka) contohlah mereka!
Karena sesungguhnya, meneladani orang-orang mulia, merupakan keutamaan.
Sebagai contoh, kisah yang disebutkan dalam sirah 'Umar bin 'Abdil-'Azis
(Juz 1, hlm 23). Yaitu kisah Amirul-Mukminin 'Umar bin Khaththab
Radhiyallahu 'anhu dengan seorang wanita. Tatkala Khalifah 'Umar bin
Khaththab Radhiyallahu 'anhu memegang tampuk pemerintahan, beliau
melarang mencampur susu dengan air.
Awal kisah, pada suatu malam Khalifah 'Umar bin Khaththab Radhiyallahu
'anhu pergi ke daerah pinggiran kota Madinah. Untuk istirahat sejenak,
bersandarlah beliau di tembok salah satu rumah. Terdengarlah oleh beliau
suara seorang perempuan yang memerintahkan anak perempuannya untuk
mencampur susu dengan air. Tetapi anak perempuan yang diperintahkan
tersebut menolak dan berkata: "Bagaimana aku hendak mencampurkannya,
sedangkan Khalifah 'Umar melarangnya?"
Mendengar jawaban anak perempuannya, maka sang ibu menimpalinya: "Umar tidak akan mengetahui."
Mendengar ucapan tersebut, maka anaknya menjawab lagi: "Kalaupun 'Umar
tidak mengetahui, tetapi Rabb-nya pasti mengetahui. Aku tidak akan
pernah mau melakukannya. Dia telah melarangnya."
Kata-kata anak wanita tersebut telah menghunjam ke dalam hati 'Umar.
Sehingga pada pagi harinya, anaknya yang bernama 'Ashim, beliau panggil
untuk pergi ke rumah wanita tersebut. Diceritakanlah ciri-ciri anak
tersebut dan tempat tinggalnya, dan beliau berkata: "Pergilah, wahai
anakku dan nikahilah anak tersebut," maka menikahlah 'Ashim dengan
wanita tersebut, dan lahirlah seorang anak perempuan, yang darinya kelak
akan lahir Khalifah 'Umar bin 'Abdil 'Azis.
Pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah tersebut ialah sebagai berikut.
- Kesungguhan salaf dalam mendidik anak-anak mereka.
- Selalu menanamkan sifat muraqabah, yaitu selalu merasa diawasi oleh
Allah Azza wa Jalla, baik ketika sendiri atau ketika bersama orang lain.
- Tidak meresa segan untuk memberikan nasihat kepada orang tua.
- Memilihkan suami yang shalih atau istri yang shalihah bagi anak-anaknya.
Penggalan kisah ini hanya sekedar contoh, bagaimana cara kita mengambil
pelajaran berharga dari sebuah kisah, kemudian menanamkannya pada
anak-anak kita, dan masih banyak contoh lainnya, baik di dalam Al-Qur`an
maupun Al-Hadits yang bisa digali dan jadikan sebagai kisah-kisah yang
layak dituturkan kepada anak-anak kita.
PELAJARAN DAN KEUTAMAAN KISAH-KISAH TELADAN
Kisah-kisah teladan mempunyai keistimewaan yang sangat berbeda dengan
kisah-kisah fiktif maupun mitos, yaitu dari sisi kebenarannya, dan
sesuai dengan kenyataan yang ada. Di dalamnya juga terkandung
tujuan-tujuan mulia.
1. Kisah mampu memberikan peran yang penting dalam menarik perhatian,
mengembangkan pikiran dan akal anak. Karena dengan mendengarkannya,
dapat mendatangkan kesenangan dan kegembiraan.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam terbiasa membawakan kisah di hadapan
para sahabat, baik yang muda maupun yang tua. Mereka mendengarkan dengan
penuh perhatian terhadap kisah yang dituturkan beliau, berupa berbagai
peristiwa yang terjadi pada masa lampau, agar bisa mengambil pelajaran
darinya, baik oleh orang-orang sekarang maupun sesudahnya hingga hari
Kiamat
2. Kisah-kisah tersebut bisa membangkitkan kepercayaan anak-anak
terhadap sejarah tokoh yang menjadi tauladan mereka. Sehingga akan
menambah semangat untuk maju, serta membangkitkan semangat ke-islaman
mereka agar lebih mendalam dan menggelora.
3. Kisah-kisah para ulama yang mengamalkan ilmunya, demikian juga
kisah-kisah orang-orang shalih merupakan sarana terbaik untuk menanamkan
berbagai sifat utama pada diri anak-anak, serta mendorongnya untuk siap
mengemban berbagai kesulitan untuk meraih tujuan mulia dan luhur.
4. Kisah-kisah teladan juga akan membangkitkan anak-anak untuk mengambil
teladan dari orang-orang yang mempunyai tekad kuat dan mau berkorban,
sehingga ia akan terus naik menuju derajat yang tinggi dan terhormat.
5. Tujuan utama menuturkan kisah-kisah teladan tersebut, yaitu untuk
mendidik dan membersihkan jiwa, bukan hanya sekedar untuk
bersenang-senang atau menikmati kisah-kisah itu saja.
Oleh karena itulah, cerita juga memiliki peran sangat penting dalam
mencapai tujuan-tujuan mulia tersebut. Sehingga Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam juga banyak memaparkan kisah orang-orang terdahulu kepada
para sahabatnya, untuk kemudian diambil pelajaran dan peringatan
darinya. Kebiasaan beliau n dalam berkisah, beliau mendahului dengan
uangkapan “telah terjadi pada orang-orang sebelum kalian", kemudian
beliau n menuturkan kisah tersebut, dan para sahabat mendengarkannya
dengan seksama sampai selesai. Dalam hal ini, beliau Shallallahu 'alaihi
wa sallam menerapkan metode Ilahi, sebagaimana firman-Nya Azza wa
Jalla.
فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
"Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir". [Al-A’raaf/7:176].
Para sahabat pun mengambil pelajaran pada setiap kisah yang dituturkan
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka mendapatkan manfaat dari sisi
pendidikan dan akhlak, sebagai bekal yang berguna bagi kehidupan dunia
dan akhirat mereka.
Demikianlah semestinya seorang anak dibiasakan hidup dalam nuansa
kisah-kisah yang pernah dibawakan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam,
sirah Nabi dan juga kisah-kisah dalam Al-Qur`an, agar ia terbiasa hidup
dalam nuasa iman dan suri teladan yang utama, sehingga keimanannya
semakin hari semakin kokoh. Wallahu a’lam.
https://www.facebook.com/aang.muttaqin, Oleh :ir aang zezen zainal muttaqin.SH.M.Ag,
_______
Footnote
[1]. Kaifa Nurabbi Auladana wa Mâ Huwa Wajib Al-Aba-i Wal-Abna’, hlm. 2.
[2]. Lihat kitab At-Tarbiyyah bil-Qishashi, hlm. 5, dengan beberapa perubahan.
[3]. Manhaj At-Tarbiyyah An-Nabawiyyah li-Thifli, hlm. 339
Tidak ada komentar:
Posting Komentar